Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ungkap Syukur dengan Bakiak dan Sarung di Hari Santri Nasional

Kompas.com - 22/10/2015, 12:17 WIB
Kontributor Cirebon KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – Mereka keluar dari berbagai asrama pondok pesantren. Sebanyak sekitar 3.000 putra putri bangsa bernama “santri” menuju tempat sekolahnya masing-masing.

Namun tak ada satu pun yang mengenakan pakaian seragam SD, SMP, SMA, dan juga universitas.

Pagi ini, Kamis (22/10/2015), mereka tanggalkan seragam, dan mengenakan pakaian sederhana ala santri.

Untuk santri putra, mereka tanggalkan kemeja putih, dasi dan celana panjang berwarna biru telur asin. Begitu juga dengan santri putri, mereka ganti rok dengan sarung biasa.

Tak ada bunyi dekap sepatu yang biasa dijadikan alas, yang ada hanya gesekan sandal, dan juga irama ketukan bakiak.

Pemandangan unik dan menarik ini berlangsung di Kompleks Pondok Pesantren Buntet Cirebon, Kecamatan Astana Japura, Kabupaten Cirebon, Kamis (22/10/2015) pagi.

Pakaian ala santri yang dikenakan sejumlah pelajar Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa bangga, dan syukur pasca ditetapkannya Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo.

Bukan hanya siswa setingkat SMA ini saja, pakaian ala santri juga dikenakan sejumlah mahasiswa mahasiswi Akademi Perawat Buntet Pesantren.

Mereka mengenakan pakaian ini sejak upacara pagi, hingga aktivitas kegiatan belajar mengajar di kelas.

Aisyah, mahasiswi semester tiga, mengaku bangga dan bersyukur atas penetapan Hari Santri Nasional.

Dia menyebut, santri bersama para guru dan kiai terdahulu telah banyak membantu memperjuangkan kemerdekan Republik Indonesia.

Momentum Hari Santri Nasional diharapkan dapat mengembalikan spirit para pejuang, dan meneruskan perjuangannya.

“Kami sebagai santri di seluruh penjuru Indonesia berharap, seluruh santri dapat memberikan sumbangsih positif untuk kemajuan Bangsa Indonesia,” kata dia.

Di sela aktivitas kegiatan belajar mengajar, seluruh pelajar tingkat SD–SMP–SMA dan juga Universitas di kompleks Pondok Pesantren Buntet ini, menyempatkan menggelar Kirab Santri.

Mereka mengelilingi kompleks, dan bermuara di lapangan bagian dalam Buntet Pesantren.

Dengan suka cita dan hikmat, ribuan pelajar ini juga menggelar upacara deklarasi Hari Santri Nasional.

Kiai Haji Aris Ni’matullah menyebutkan, Hari Santri Nasional adalah momen tepat untuk seluruh santri mempelajari sejarah, dan mengenang jasa-jasa para kiayi di Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Aris Ni’matullah adalah Sekretaris Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Buntet Cirebon.

Dia menyebut, para guru dan kiai dahulu merupakan pelaku sejarah dan memegang peranan penting dalam resolusi jihad.

“Salah satunya adalah Kiai Abbas dan sejumlah Kiai di Buntet Pesantren ini, yang turut andil dalam persitiwa resolusi jihad 10 November kala itu," ungkap Aris.

"Kami, anak keturunan, dan santri-santrinya sudah sepatutnya bersyukur, dan meneruskan perjuangan-perjuangan beliau,” sambung dia.

Usai menggelar kirab, dan upacara Hari Santri Nasional, para kiai dan juga seluruh santri berkunjung ke kompleks pemakaman BUntet Pesantren.

Mereka berziarah makam para orangtua dan kiai terdahulu. Mereka berdoa dan juga mengenang spirit perjuangan pembela Bangsa Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com