Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bikin Mesin Pengirit BBM, Anak Petani Ini Sabet Juara Nasional Kompetisi TTG

Kompas.com - 10/10/2015, 15:10 WIB
Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Dia baru berusia remaja, tapi tubuhnya terlihat sedikit bergetar. Matanya pun berkaca-kaca. Di sebuah pengeras suara bervolume cukup kuat, namanya terdengar menggema. Untuk area seluas lapangan sepak bola dengan kapasitas penonton sekita 40.000 orang ini, sebutan namanya cukup jelas terdengar.

Tri Waluyo! Sebut si pembawa acara. Sebuah panggung ukuran besar menyambut langkah kakinya yang tadi terlihat kaku dan gemetar. Tak lama kemudian ia pun menerima hadiah piala ukuran setengah tinggi badannya.

Tri waluyo baru saja menerima penghargaan tertinggi di indonesia, sebagai seorang penemu mesin pengirit bahan bakar jenis bensin untuk kendaraan roda empat pada kompetisi gelar karya Teknologi Tepat Guna (TTG). Hadiah diterimanya langsung dari tangan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo di arena Pekan Inovasi Perkembangan (PIN) desa/kelurahan dan Gelar Karya Teknologi Tepat Guna (TTG) Tingkat Nasional XVII yang berlangsung di Banda Aceh, 7-12 oktober 2015.

Anak petani asal Takengon, Aceh Tengah, ini bahkan tak pernah membayangkan buah dari rasa resahnya terhadap kondisi masyarakat di kampungnya itu bisa memberikan asa yang manis.

"Ide ini bermula dari rasa resah yang saya rasakan sendiri akan kehidupan ekonomi kami di Takengon yang sungguh terjepit pasca-bencana gempa tahun 2012 lalu," kenang Tri saat membuka pembicaraan dengan Kompas.com, Sabtu (10/10/2015).

Berawal dari keprihatinan

Saat itu, kenang dia, semua sendi kehidupan rusak akibat gempa, lalu ditambah lagi harga bahan bakar minyak yang tak stabil tapi terus naik ini sangat menyulitkan bagi kehidupan masyarakat Takengon, Kabupaten Aceh Tengah yang mayoritas adalah petani.

Terus melambungnya harga bahan bakar minyak membuat masyarakat terjepit dalam situasi ekonomi yang sulit, biaya transportasi pun melambung tinggi akibat dari harga bahan bakar yang melangit.

“Saat itu saya berpikir untuk menurunkan harga bahan bakar tidak mungkin, tapi jika saja kita bisa mengirit bahan bakar ini akan lebih baik, dan kemudian kami pun mencari banyak referensi untuk menciptakan alat yang bisa mengiritkan penggunaan bahan bakar,” ujar remaja kelahiran 5 September 1997 ini.

Kabupaten Aceh Tengah merupakan daerah dataran tinggi di Provinsi Aceh. Kontur daerah perbukitan membuat kendaraan roda empat menjadi sarana transportasi penting bagi para petani untuk mengangkut hasil kebun mereka.

Bersama seorang rekannya bernama Eky Yolanda, kedua siswa asal SMK Negeri 2 Takengon, Aceh Tengah, ini akhirnya berhasil menciptakan sebuah mesin pengirit bahan bakar yang digunakan pada kendaraan roda empat. Mesin tersebut adalah tabung irit bbm yang dinamakan Pemrit. Ini merupakan tabung penghemat bahan bakar bensin dengan sistem penguapan bahan bakar dalam pipa dengan cara pemanasan menggunakan fluida cair atau cairan pendingin mobil.

Kerja keras Tri Waluyo dan Eky Yolanda ini mendapat dukungan dari Bidang Teknologi Tepat Guna (TTG) Badan Pemberdayaan Masyarakat-Pemerintahan Kampung (BPM-PK) Kabupaten Aceh Tengah. Akhirnya para siswa ini pun menghasilkan rekayasa teknologi yang berguna bagi masyarakat.

“Kami pernah nyaris putus asa ketika tak menemukan gas analyzer untuk mengukur kadar emisi, namun dengan bantuan dari BPM-PK akhirnya kami bisa menemukan alat tersebut di sebuah SMK di Aanda Aceh dan kami pun meminjam pakai alat tersebut, sehingga hasilnya mesin yang kami hasilkan ini memiliki kadar emisi yang normal,” ujarnya.

Hasil kerja keras Tri Waluyo ini tak sia-sia. Dalam kesempatan kompetisi karya teknologi tepat guna, siswa SMK 2 Takengon ini didapuk sebagai penemu TTG terbaik di Indonesia dan menduduki peringkat satu di tingkat nasional.

“Ini sebuah berkah pastinya bagi kami, dan ini adalah sumbangsih kami untuk daerah dan tanah air,” jelas remaja anak dari pasangan Ahmadi dan almarhumah Muayah ini.

Sementara sang ayah, Ahmadi, mengaku tak pernah tahu apa yang dilakukan putra ketiganya ini saat di sekolah yang menyebabkan dia selalu pulang malam. Ahmadi mengaku baru mengetahui prestasi sang anak saat dinyatakan sebagai juara tingkat nasional.

“Saya tak pernah menyangka dia bisa mengerjakan semua ini, saya sungguh terharu, kami sangat bangga dan bersyukur,” kata Ahmadi terbata-bata.

Incaran warga Aceh

Sementara itu, staf Bidang TTG BPM-PK Kabupaten Aceh Tengah, Sumadi mengaku bangga melihat hasil temuan dari siswa SMK 2 Takengon tersebut.

“Pemerintah daerah tentunya sangat berbangga, selain memberi harum nama daerah, tentunya hasil temuan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah yang sangat mengandalkan transportasi untuk mengangkut hasil bumi mereka,” jelas Sumadi.

Teknologi penghemat bahan bakar ini kini menjadi incaran bagi warga Aceh Tengah yang mayoritasnya adalah petani. Dengan menghemat bahan bakar hingga 40 persen, secara tidak langsung juga meringankan biaya transportasi bagi mobil-mobil angkutan komoditas pertanian dari daerah ini.

“Saat ini, sudah ada 20 unit kendaraan roda empat yang kini dipasang Pemrit pada mesinnya, termasuk mobil saya yang sudah dibuktikan dengan perjalanan jauh rute Banda Aceh-Takengon yang sudah kami tempuh dua kali bolak-balik,” jelas Sumadi.

Sejumlah keunggulan menjadi daya tarik dan nilai lebih dari mesin pemrit ini, di antaranya memberikan proses pembakaran mesin yang lebih optimal, menambah tenaga mesin, tidak mengubah kadar karbondioksida dan menghasilkan kadar emisi normal.

Dengan ditemukannya sistem penghemat bahan bakar kendaraan roda empat ini diharapkan bisa menanggulangi masalah kenaikan harga bahan bakar minyak yang selalu menjadi masalah bagi rakyat kecil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com