Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terdesak Eksploitasi Alam, Belasan Badak Sumatera Ditemukan di Kalimantan

Kompas.com - 22/09/2015, 19:13 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani J

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com — Tak lagi terlihat jejaknya sejak 1990-an, badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) kemudian diyakini punah dari bumi Kalimantan. Namun, serangkaian penelitian di hutan-hutan terdalam Kabupaten Kutai Barat pada 2012-2014 membuka harapan baru.

Hasil penelitian itu menemukan, ternyata badak ini masih bertahan hidup, meski dengan populasi hanya belasan ekor dan terimpit industri yang mengeksploitasi sumber daya alam. Tim penelitian multi-pihak dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu, Universitas Mulawarman, Yayasan Badak Indonesia (YABI), dan WWF Indonesia berhasil merekam video keberadaan badak-badak ini.

Survei yang dilakukan pada 2013 dengan menggunakan kamera penjebak menunjukkan setidaknya terdapat tiga badak yang diyakini berjenis kelamin betina. "Survei itu menunjukkan bahwa kondisi badak di Kalimantan mendesak untuk diselamatkan," kata Kepala Seksi Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan U Mamat Rahmat, Selasa (22/9/2015).

Badak yang tertangkap kamera itu berada di Kecamatan Damai, Kutai Barat, dengan luas jelajah sekitar 9.000 hektar, tepat berada di wilayah pemanfaatan lahan berbagai perusahaan, mulai dari perkebunan sawit, tambang batubara, hutan hak pengusahaan hutan (HPH), hingga hutan tanaman industri (HTI).

"Badak yang kami temukan ini berada di area milik perusahaan tambang dengan kondisi alam masih baik. Luasan itu sempit bagi badak, mengingat jelajah badak setiap hari 5.000 meter persegi. Sementara ini, kamera merekam tiga badak betina. Itu berarti ada jantan di sana," kata Arif Data Kusuma dari WWF Indonesia di Kutai Barat.

"Dugaan adanya pejantan di sana didukung temuan tim survei pada sejumlah jejak bahwa itu dilakukan badak jantan di kawasan itu, misal pelintiran (patahan dengan memutar) pada dahan," kata Data.

Keberadaan badak di tengah ragam aktivitas perusahaan dan warga diyakini mengancam keberadaan hewan langka itu. Belum lagi, kavling tanah yang diklaim oleh masyarakat juga berada di seputar wilayah habitat badak. Selain itu, menurut catatan sejarah, perburuan badak, termasuk di Kalimantan, pernah terjadi dan memprihatinkan.

"Aktivitas tambang menggunakan bom, usaha kehutanan dengan merobohkan pohon di sana-sini, hingga warga membakar lahan sebagai tanda kepemilikan atas lahan," kata Mamat. "Badak yang sudah sedikit malah tidak bisa lewat, stres, terganggu, rentan pada kematian. Inilah makanya (penyelamatan) mendesak," kata Mamat.

Presiden RI Joko Widodo, tutur Mamat, memerintahkan secara langsung perihal langkah penyelamatan badak Kalimantan ini. Mamat mengatakan, Jokowi meminta semua pihak terlibat. Salah satu peluang yang bisa dilakukan adalah memindahkan hewan-hewan ke area yang lebih aman. Area pilihan saat ini, kata Mamat, adalah Hutan Lindung Kelian Lestari di Kutai Barat.


"Populasi badak sumatera di Indonesia 200-300 ekor. Ini selalu mengalami ancaman yang serius. Persebarannya kini kembali ditemukan di Kalimantan di area yang sempit," kata Mamat.

Keberadaan badak sumatera di Kalimantan menjadi kabar baik di tengah habisnya populasi serupa di beberapa negara tetangga. Seorang doktor sekaligus pakar badak asal Institut Pertanian Bogor (PB), Muhammad Agil, mengungkapkan, badak terakhir yang hidup di dataran Kalimantan (Borneo) berada di wilayah Malaysia. Itu pun sudah punah sekitar tahun 2000. Negara-negara tetangga, seperti Thailand, Vietnam, dan Laos, bahkan sudah menyatakan bahwa hewan ini punah puluhan tahun lalu.

"Populasi badak sumatera di dunia itu 500-600 ekor pada 1994. Kemudian, berbagai negara menyatakan (badak) punah. Terakhir, Malaysia pada 2000. Negara-negara sekitar bahkan sudah (menyatakan punah) puluhan tahun sebelumnya," kata Agil.

Agil menegaskan, temuan ini menunjukkan harapan bahwa badak di Kalimantan memiliki peluang hidup dengan populasi yang lebih banyak dari yang diketahui lewat survei. Sebagai informasi, terdapat lima jenis badak di dunia. Dua jenis di antaranya berada di Indonesia, yakni badak jawa dan badak sumatera.

Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) tersisa 64 ekor dengan kondisi baik dan dalam perhatian serius pemerintah. Perbedaan badak jawa dengan sumatera ada pada cula (tanduk) di hidung. Badak jawa bercula satu, sedangkan badak sumatera bercula dua. Badak sumatera merupakan jenis badak terkecil di antara lima jenis badak yang tersisa di dunia ini. Badak jawa berukuran lebih besar dari badak sumatera yang juga disebut badak primitif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com