Aksi yang mengundang banyak perhatian warga tersebut dilakukan sebagai bentuk protes tentang ketersediaan air bersih. Dalam aksi itu, warga membawa sampel air yang selama ini mereka gunakan. Air itu ditampung dalam botol air mineral.
Tiga botol air tersebut menunjukkan warna jingga, kuning dan kecoklatan. Menurut Salma (57) warga Perumahan Villa Bukit Tirtayasa di Jalan Tirtayasa, Kecamatan Sukabumi, Bandarlampung demi memenuhi kebutuhan air sehari-hari, dia terpaksa membeli air galon.
Hal sama disampaikan Heri (60). Menurut mereka, aksi ini adalah akumulasi kekecewaan warga. "Kemarau lalu air masih bisa didapatkan meski hanya digunakan untuk MCK saja, tapi saat ini kondisinya nyaris sudah kering," ujar dia.
Lebih lanjut Heri mengatakan, ketika konsumen memilih hunian tersebut karena iklan yang menggembirakan, bahwa pengembang menjamin ketersediaan air. "Memang saat pertama air yang ditunjukkan baik dan deras. Tapi lama-lama tidak dapat digunakan lagi," kata dia lagi.
Kekecewaan ini juga didukung dengan kebijakan pengembang yang terus membuka kavling baru tanpa disertai dengan penambahan debit air lagi. "Selain itu, dalam waktu yang tidak lebih dari dua bulan perusahaan sudah menaikkan tarif penggunaan air per kubik yang kini mencapai Rp 6.093," kata dia.
Hingga berita ini ditayangkan, belum diperoleh keterangan resmi dari pihak pengembang yang menjadi sasaran aksi unjuk rasa tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.