Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kubah Lava Sinabung Terus Tumbuh

Kompas.com - 21/06/2015, 22:44 WIB

KABANJAHE, KOMPAS — Aktivitas vulkanik Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, masih fluktuatif tinggi. Meskipun saat ini volume kubah lava mulai berkurang dari 3,2 juta meter kubik menjadi sekitar 2,7 juta meter kubik, kubah lava terus tumbuh karena suplai magma terus terjadi.

Dengan kondisi tersebut, potensi bahaya luncuran awan panas akibat guguran kubah lava masih tinggi, bisa mencapai lebih dari 3 kilometer jika runtuh sekaligus. Karena itu, warga tetap diminta menaati zona bahaya yang ditentukan.

"Beberapa hari terakhir kita bisa mendapat 10-13 kali awan panas per hari. Itu artinya ada suplai," kata Kepala Subbidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Badan Geologi Hendra Gunawan, Sabtu (20/6).

Namun, lanjut Hendra, kubah lava yang mengarah ke arah selatan tetap dicermati karena prosesnya tidak stabil dan bisa sewaktu-waktu didorong sehingga gugur sekaligus. "Untuk itu, rekomendasi arah 7 kilometer arah selatan ataupun 6 kilometer arah tenggara-timur harus tetap diikuti," katanya.

Hendra mengatakan, pertumbuhan kubah lava yang terus-menerus juga bisa menjadi sumbat sehingga berpotensi menghasilkan akumulasi gas yang menyebabkan letusan eksplosif. Pertumbuhan kubah lava dominan ke arah tenggara.

"Selama ini lontaran tidak lebih dari 3 kilometer. Gunung Kelud, misalnya, dengan kubah lava mencapai 16 juta meter kubik, lontarannya sekitar 3 kilometer. Kami sudah memakai skenario yang terburuk," katanya.

Hendra juga mengingatkan, aktivitas Gunung Sinabung yang fluktuatif tinggi ini belum akan berhenti dalam waktu dekat ini. "Artinya, pemerintah juga perlu bersiap-siap," ujarnya.

Saat ini ada 11 desa yang masuk dalam zona bahaya. Zona bahaya sejauh 7 kilometer di sektor tenggara dan selatan serta radius 3 kilometer di seluruh sektor. Berdasarkan data pemerintah setempat, kemarin ada 9.385 pengungsi dari 2.608 keluarga.

Di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, jumlah petugas jaga pengamatan gunung pun ditambah menjadi 10 orang per hari. Sebelum status Sinabung Awas, biasanya pos dijaga 3 petugas.

Kemarin pukul 00.00-18.00 terjadi 6 kali awan panas guguran dengan jarak luncur 1.500-3.000 meter ke arah tenggara-timur, selatan, selatan-tenggara, dan ke tenggara. Tinggi kolom mencapai 2.500 meter dengan durasi 155-375 detik. Awan panas guguran paling besar terjadi pada pukul 17.54 dengan jarak luncur mencapai 3.000 meter ke arah tenggara dan tinggi kolom mencapai 2.500 meter.

Abu vulkanik tertiup angin ke arah timur-tenggara. Abu vulkanik yang terbawa ke arah timur menyebabkan hujan abu pekat di Berastagi pada Sabtu petang.

Berdasarkan pantauan Kompas, kemarin masih banyak warga yang bertahan di desanya yang masuk dalam zona bahaya. Meskipun sudah ada portal yang menutup jalan ke desanya, warga nekat membuka portal dan masuk melalui jalan-jalan kecil atau jalan tikus.

Rendahnya kesadaran warga terhadap keselamatan serta minimnya penjagaan oleh aparat membuat warga nekat kembali memasuki zona bahaya. Padahal kubah lava dapat gugur sekaligus sewaktu-waktu.

Persoalan nasional

Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho, saat mengunjungi pengungsi, mengatakan, pemerintah akan mengusulkan pembuatan lokasi pengungsian baru berupa hunian tetap sementara di desa-desa yang aman agar pengungsi tidak terlalu jauh mengungsi ke kota.

Selain itu, pembangunan rumah di tempat relokasi di Siosar bagi warga Desa Sukameriah (Kecamatan Payung) serta Bekerah dan Simacem (Kecamatan Naman Teran) ditargetkan selesai pada Agustus.

"Saya hadir mencari data permasalahan untuk rapat koordinasi bersama Kepala BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) pada Selasa depan di Medan," kata Gatot.

Gatot mengatakan, sesuai usulan Pemerintah Kabupaten Karo, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara meminta penanganan musibah korban erupsi Gunung Sinabung itu diangkat menjadi persoalan nasional.

"Karena ini unpredictable. Kita tidak tahu kapan ini akan berakhir. Ada yang memprediksi 5 tahun lagi, tetapi ada juga yang memprediksi 15 tahun lagi. Karena itu, perlu ada keterlibatan nasional dari BNPB," paparnya.(dka)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com