“Pemerintah pusat sudah menyetujui rencana ini. Tahap pertama kita buat masterplan dan penyusunan detail engineering design (DED) pada tahun 2016. Proses pembangunan akan dimulai Tahun 2017 nanti,“ kata Kepala Bidang Kesejarahan dan Kepurbakalaan, Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi Jawa Tengah, Djoko Witjaksono, di sela Seminar Kajian Cagar Budaya di Atria Hotel Magelang, Selasa (9/6/2015).
Djoko memaparkan, ada banyak cagar budaya di sekitar Gunung Sindoro dan Gunung Merapi. Sebagian besar candi-candi itu pernah terdampak bencana erupsi dua gunung berapi itu, maupun bencana alam lain seperti gempa ataupun banjir. Kendati demikian, bencana tidak membawa pengaruh besar terhadap struktur cagar budaya tersebut.
“Pengetahuan ini yang akan kita rangkum di dalam museum. Pengetahuan tentang peradaban nenek moyang yang dapat membangun cagar budaya sedemikian rupa sehingga tahan bencana, utamanya gempa,“ ujar Djoko.
Menurut Djoko, dahulu para pembuat candi tidak pernah mengenal teknologi, terlebih ilmu arsitektur seperti saat ini. Namun, faktanya mereka mampu membangun candi dengan arsitektur unik dan tahan gempa.
“Para pembuat candi-candi itu sangat luar biasa. Mereka bisa membangun candi yang hebat. Berkali-kali dihantam gempa namun tetap utuh. Contoh Candi Prambanan, meski pernah diguncang gempa dahsyat sampai pernah tertimbun tanah, tetap tidak roboh, hanya rusak sebagian kecil saja,“ ulas Djoko.
Menurut Djoko, pembangunan sengaja dilakukan di komplek situs Liyangan karena pihaknya ingin mendukung pengembangan kepariwisataan situs peninggalan peradaban kerajaan Mataram Kuno abad ke-6 masehi itu. Diharapkan museum ini nantinya menjadi salah satu pusat studi masyarakat tentang cagar budaya selain Candi Borobudur di Kabupaten Magelang dan Candi Prambanan di Yogyakarta serta Klaten, Jawa Tengah.
“Kita coba angkat situs Liyangan Temanggung karena Candi Borobudur dan Candi Prambanan sudah sangat tekenal. Informasi tentang dua candi besar itu pun banyak kita temukan,“ ungkap Djoko.
Dikatakan Djoko, pembangunan museum akan melibatkan para arsitektur Indonesia dengan desain modern. Nantinya di museum ini juga akan ditampilkan kearifan lokal masyarakat Liyangan pada masa itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.