Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TKW Asal Malang Ditemukan Tewas di Gulungan Kasur di Hongkong

Kompas.com - 09/06/2015, 15:48 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis


MALANG, KOMPAS.com — Seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Kabupaten Malang, Jawa Timur, ditemukan tewas di Hongkong. Jenazah ditemukan dalam kondisi digulung kasur dan di bagian tubuhnya diketahui ada luka bekas tusukan benda tajam.

Wiji Astutik (37), warga Dusun Krajan RT 04 RW 01 Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, dikabarkan menjadi korban pembunuhan di Hongkong. Jasadnya ditemukan pada Senin (8/6/2015) di depan sebuah toko di kawasan Mong Kok.

Kepala Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur, Ali Mas'ud, membenarkan kabar terbunuhnya Wiji.

"Pihak keluarganya sudah tahu berita duka itu," katanya, Selasa (9/6/2015).

Namun, Ali dan keluarganya hanya mengetahui dari pemberitaan di media online. Pihak keluarga, katanya, kini masih terus mencari informasi kebenaran kabar tersebut. Adik Wiji juga bekerja menjadi TKW di Taiwan.

"Bisa juga, adik korban dan teman-temannya yang memberikan informasi itu. Sebab, di wilayah Kecamatan Bantur banyak warga yang jadi TKW di Hongkong," kata Ali.

Wiji berangkat ke Hongkong pada 2007 dan belum pernah pulang ke Indonesia. Sebelum ke Hongkong, Wiji tinggal bersama ayahnya, Supardi, karena ibunya sudah lama meninggal.

"Korban juga sudah punya anak yang masih bersekolah di Bantur," kata Ali.

Mengetahui kabar tersebut, pihak keluarga mengaku sudah pasrah atas kematian Wiji. Apakah jenazahnya nanti akan dipulangkan ke Malang atau tidak, pihaknya belum tahu.

"Tetapi, semoga Pemerintah Indonesia membantu pemulangan jenazahnya dan bisa dimakamkan di Malang," harap Ali.

Pihak keluarga, kata Ali, tak bisa banyak berbuat apa-apa karena keterbatasan dana. Namun, pemerintah desa setempat akan terus membantu keluarga untuk berkoordinasi dengan pihak Disnakertrans Kabupaten Malang.

"Tapi kita tetap menunggu keterangan resmi dari Pemerintah Hongkong. Karena selama ini belum dapat informasi resmi dari Pemerintah Hongkong," katanya.

Jika sudah ada kejelasan, tambah Ali, pihaknya langsung menanyakan kepada pihak PPTKIS yang pernah memberangkatkan korban ke Hongkong.

Sementara itu, menurut keterangan dari Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Malang, pihaknya juga hanya mendapatkan informasi dari sebuah pemberitaan media online.

"Kami baru mendapat informasinya juga dari berita online," kata Sukardi, Kasi Penempatan TKI Disnakertrans Kabupaten Malang, saat dihubungi via telepon, Selasa (9/6/2015).

Hingga saat ini, keterangan resmi dari KJRI atau Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) belum ada.

"Apalagi penemuan mayat itu juga baru terjadi pada Senin, 8 Juni 2015 lalu. Kami belum kroscek ke PPTKIS-nya dan keluarga korban," katanya.

Dari informasi yang didapatkan, Wiji Astuti berangkat pada 2007 sebagai TKW. Namun, dia berangkat lewat Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang ada di Kota Malang.

"Ia diberangkatkan oleh Tritama Bina Karya berkantor di Malang. Biasanya, kontrak kerja di luar negeri hanya selama dua tahun. Setelah itu, TKW yang bersangkutan pulang dan memperpanjang lagi di Indonesia. Ia di Hongkong kata sudah status overstayer dan hanya memegang paper dari pengadilan setempat," katanya.

Wiji dikabarkan tidak boleh bekerja karena tidak memiliki visa pekerja. Wiji berada di sebuah tempat yang tinggal bersama seorang pacarnya dari Asia Tengah. Wiji diketahui tinggal di teras terbuka di apartemen tua, di lantai pertama, yang kondisinya kumuh dan tanpa atap.

"Lebih jelasnya, masih kita kroscek," kata Sukardi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com