Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revitalisasi Banceuy, Jangan Berhenti pada Euforia KAA

Kompas.com - 12/05/2015, 19:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Menyambut perhelatan Konferensi Asia Afrika ke-60 di Jakarta dan Bandung bulan lalu, bekas penjara Soekarno di Jalan Banceuy dipermak total. Proyek "Sangkuriang" itu berlangsung pada 1-18 April 2015. Jika tak ada momen internasional, mungkin penjara Banceuy tetap akan sunyi dan terselip di balik gedung dan rumah-toko Kota Bandung.

Banceuy mengalami pemugaran agar bisa tampil cantik ketika Konferensi Asia Afrika ke-60 berlangsung. Keramik yang mengelilingi sel nomor 5, satu-satunya sel yang tersisa dari penjara Banceuy, dibongkar. Para pekerja sibuk dengan mesin pengebor, gundukan tanah juga ada di mana-mana.

Tidak banyak yang tersisa dari situs Banceuy, hanya sel nomor 5 yang terletak di tengah pekarangan seukuran 10 meter x 15 meter. Kira-kira 100 meter dari pekarangan itu terdapat sisa menara pengawas.

Selebihnya, penjara Banceuy telah dirobohkan oleh pemerintah daerah. Sebagai gantinya, sel kecil itu dikelilingi blok-blok rumah toko berwarna kelabu. Dari jalan-jalan yang mengelilingi daerah ini, yaitu Jalan Banceuy, Jalan ABC, Jalan Cikapundung Barat, dan Jalan Asia-Afrika, situs penjara Banceuy sama sekali tidak terlihat.

"Situs ini kecil sekali. Selain itu, enggak pernah dipromosiin. Sedih juga. Padahal, tempat ini penting untuk sejarah Indonesia," komentar Ikhsan Muhammad (17), siswa SMA 8 Pekanbaru, bulan lalu.

Tak terperhatikan

Sekian lama penjara Banceuy terlupakan. Tak banyak lagi masyarakat yang mengenal bekas kurungan proklamator RI ini.

Soekarno dibawa ke penjara Banceuy oleh polisi Belanda pada hari Senin, 30 Desember 1929. Orasi Soekarno menyuarakan gagasan Indonesia merdeka dianggap melanggar Undang-Undang Hukum Pidana Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda Nomor 153, 161, 169, dan 171. Singkatnya, ia dikenai tuduhan mengganggu ketertiban umum.

Di tempat ini, selama satu tahun Soekarno tinggal. Masa itu adalah pengalaman berat baginya mengingat ia adalah seorang yang flamboyan dan gemar bersosialisasi. Orang yang memberi Soekarno dukungan moral dan ketabahan adalah istrinya saat itu, Inggit Ganarsih.

"Inggit bahkan menyogok salah seorang sipir agar bisa menyelundupkan buku-buku untuk Soekarno," kata Ahmad Mansur Suryanegara, sejarawan dari Universitas Padjadjaran (Unpad).

Buku-buku itu menjadi teman Soekarno untuk mempertajam pikiran dan memperkuat semangat nasionalisme. Sebab, sepanjang tahun 1930, Soekarno bolak-balik sebanyak 27 kali ke gedung pengadilan di Jalan Perintis Kemerdekaan untuk diadili. Selama itu, ia memikirkan pidato pembelaannya.

Penulis buku Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926-1933, Peter Kasenda, berpendapat, sebenarnya di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Andries Cornelis Dirk de Graeff, Soekarno sudah dipastikan akan dihukum penjara.

Berdasarkan kesepakatan Soekarno dengan pengacaranya, Mr Sartono, pleidoi (pidato pembelaan) politik akan dilakukan sendiri oleh Soekarno. Sartono mengurus pleidoi yuridis. "Jadi, Soekarno harus mencari akal untuk menyampaikan gagasannya kepada masyarakat Indonesia, bukan kepada hakim-hakim Belanda yang sudah bulat keputusannya," kata Kasenda.

Soekarno pun menulis pleidoi sepanjang 175 halaman yang ia beri judul "Indonesia Menggugat". Gagasan utama pleidoi itu adalah melawan pemikiran Pemerintah Belanda yang membolehkan penjajahan atas alasan "memanusiakan" dan "memberadabkan" bangsa-bangsa Asia serta Afrika. Pleidoi itu dinilai masyarakat begitu menggugah walaupun di sana-sini terdapat kutipan dari penulis-penulis Eropa.

Wahana pendidikan

Dany Jumastanto dan Daranindra, konsultan museum, memaparkan, pemugaran situs Banceuy bertujuan mengubah konsep memorial terhadap para Bapak Bangsa, salah satunya Soekarno. Mereka tidak ingin Banceuy hanya berisi sisa sel dan patung Soekarno yang tidak berbicara apa pun kepada para pengunjung dan hanya berfungsi sebagai simbol.

Pemugaran Banceuy dilakukan oleh sekelompok relawan yang terdiri dari kurator museum, arsitek, dan ahli sejarah di bawah pimpinan Indra Perwira, dosen Hukum Tata Negara Unpad.

Menurut mereka, Banceuy harus bisa menjadi wahana pendidikan bagi masyarakat. Daripada sekadar memajang artefak peninggalan masa Soekarno dipenjara, situs itu difokuskan untuk menjadi tempat keberlangsungan berbagai kegiatan pendidikan sejarah dan nasionalisme.

Karena itu, revitalisasi fisik Banceuy bulan lalu diharapkan tidak hanya berhenti pada euforia perhelatan KAA, tetapi juga langkah lebih lanjut untuk menggali inspirasi positif dari perjuangan Soekarno terhadap bangsa ini. (Laraswati Ariadne Anwar dan Aloysius B Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com