"Ada juga peristiwa yang membuat saya miris. Saat itu, saya tengah bertugas piket. Saya mendatangi tempat kejadian perkara (TKP), seseorang MD (meninggal dunia) gantung diri. Korban seorang lelaki berumur 20-an tahun. Ia tewas dengan seutas tali melilit di lehernya. Tali itu dikaitkan di pintu lemari kayu.
Lokasinya di dalam sebuah kamar kos di pinggir Jalan Kelurahan Bandungan menuju arah Ambarawa. Hasil interogasi terhadap saksi, kamar itu disewa oleh seorang ibu yang usianya sekitar 50 tahun. Ia berprofesi sebagai tukang pijat di hotel-hotel kelas melati secara freelance, bebas, di mana saja.
Pengguna jasanya biasanya sopir truk atau lelaki yang berduit minus. Lalu hubungannya dengan korban yang gantung diri?
Dia adalah lelaki yang biasa menemani si wanita tidur. Lelaki tersebut tidak bekerja. Untuk makan, yang menyiapkan si wanita tersebut. Walah... dunia benar-benar mendekati kiamat!
Dengan sekelumit peristiwa tersebut, saya jadi percaya dengan istilah "Tukiman"—akronim berbahasa jawa dari tiga suku kata, turu (tidur), laki (bercinta), mangan (makan), yang tenar di kawasan Bandungan—memang bukan hanya isu." (Habis)