Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Tambang, Warga Bakar Fasilitas Perusahaan

Kompas.com - 09/03/2015, 17:03 WIB
Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati

Penulis


KENDARI, KOMPAS.com
- Ratusan warga Desa Polara dan Tondongito, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), Sulawesi Tenggara, menolak kehadiran perusahaan tambang pasir krom. Aksi penolakan warga, berakhir pada pembakaran kompleks pabrik serta peralatan PT Derawan Berjaya Mining, Minggu (8/3/2015).

Akibat kejadian itu, kompleks pabrik, peralatan, serta perumahan karyawan hangus dilalap api. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Hingga kini, belum ada pihak perusahaan yang bisa dikonfirmasi terkait jumlah kerugian yang dialaminya.

Suasana di lokasi pertambangan masih mencekam. Seluruh karyawan perusahaan tambang menyelamatkan diri dengan meninggalkan lokasi kejadian. Dugaan sementara, kebakaran kompleks pertambangan tersebut dipicu karena adanya ancaman kerusakan lingkungan yang cukup serius sehingga berakibat fatal terhadap permukiman warga.

"Pertambangan ini akan menjadi ancaman besar bagi kami, apalagi sekarang ini pengikisan pantai semakin parah, lebih-lebih kalau sudah dikelola pasirnya bisa jadi perkampungan akan rusak," ungkap salah seorang warga Desa Polara Kecamatan Wawonii Tenggara, yang enggan menyebutkan namanya.

Dia mengaku masyarakat kedua desa tersebut, yakni Desa Polara dan Tondongito, cukup resah dengan adanya perusahaan pertambangan ini karena bukan memberikan kesejahteraan malah mengumbar janji kepada masyarakat yang tak kunjung ditepati.

"Pertama kali mereka datang, katanya mau mensejahterakan masyarakat di sini tapi sampai hari ini, sudah delapan tahun tinggal di tempat ini hak-hak yang diminta masyarakat untuk dipenuhi tidak pernah direalisasikan, makanya kami kecewa," tandasnya.

Kapolsek Waworete, Ipda La Ondo, yang dihubungi melalui telepon selulernya menjelaskan, demo yang dilakukan warga ini untuk ketiga kalinya. Mereka menuntut janji perusahaan untuk menyediakan fasilitas listrik, air bersih dan beasiswa.

"Awalnya aksi berlangsung aman, warga tengah negosiasi di depan pintu dengan saptam. Tiba-tiba dari arah pinggir laut ada 30 orang pakai topeng langsung menyerbu dan membakar perusahaan sehingga semua massa masuk ke dalam perusahaan," ujarnya, Senin (9/3/2015).

Para pengunjuk rasa terdiri dari pria dan wanita serta mahasiswa. Seluruh fasilitas perusahaan seperti tiga eskavator, 6 dump truck roda 8 dan 2 mesin pembangkit listrik hangus terbakar. Sementara komplek perusahaan rata dengan tanah, sedangkan sebagian smelter ikut terbakar.

"Diperkirakan kerugian perusahaan mencapai triliunan rupiah. Kini suasana sudah kondusif dan kita masih melakukan penyelidikan," ujar La Ondo.

Aksi warga itu, lanjutnya, tidak bisa diantisipasi cepat lantaran personel keamanan sangat minim. Hanya ada dua anggota Brimob dan TNI.

"Bantuan baru dikirim dari Kendari terdiri dari personil Brimob dan Dalmas. Di TKP ada Kapolres Kendari dan Angkatan Laut," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com