Bahan baku bioetanol itu memanfaatkan produksi tetes tebu 11 pabrik gula di bawah naungan PTPN X sebesar 292.500 ton per tahun. Sebelumnya, PTPN X sudah memiliki pabrik bioetanol di komplek Pabrik Gula Gempolkerep, Mojokerto, dengan kapasitas yang sama, yakni 30.000 kiloliter per tahun.
"Daripada tetes tebu kami jual mentahan ke pabrik pengolahnya seperti perusahaan bumbu makanan, akan jauh lebih menguntungkan jika kami mengolahnya sendiri," kata Dirut PTPN X Subiyono, Senin (16/2/2015).
Produk bioetanol yang diproduksi anak perusahaan PTPN X, yakni yakni PT Energi Agro Nusantara (Enero) itu, kata Subiyono, memiliki tingkat kemurnian hingga 99,5 persen yang ramah lingkungan dan memiliki angka oktan tinggi, yaitu RON (Research Octane Number) 117.
"Bioetanol bisa digunakan sebagai campuran bahan BBM untuk kendaraan bermotor," ujarnya.
Dia berharap, pihak pemerintah dalam hal ini PT Pertamina (Persero) bersedia membeli produk bioetanol sebagai upaya mendukung program pemanfaatan teknologi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Subiyono mengaku heran, karena produknya justru banyak diminati negara lain daripada di Indonesia sendiri yang sedang gencar kampanye energi alternatif.
"Tahun lalu kami ekspor 4.000 kubik bioetanol ke Filipina," terangnya.
Selain pabrik bioetanol, PTPN X juga akan membangun proyek pembangkit listrik (Cogeneration) di tiga pabrik gula, yakni di Ngadiredjo Kediri (20 Megawatt), Tjoekir Jombang (10 megawatt), dan Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto (20 megawatt). Cogeneration adalah program pembangkit listrik berbasis bahan baku ampas tebu (bagasse).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.