Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kalau Mengandung Bakteri, Kami Pasti Kena Duluan"

Kompas.com - 05/02/2015, 15:37 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Temuan Kementerian Perdagangan (Kemendag) tentang pakaian bekas impor yang terpapar bakteri mendapat tanggapan dari para penjual pakaian bekas di Kabupaten Semarang.

Aldi (33), warga Padang yang berjualan pakaian bekas di samping SPBU di Jalan Diponegoro, Ungaran, mengatakan, anggapan pakaian bekas impor mengandung bakteri terlalu mengada-ada. Pasalnya, jika benar terbukti pakaian bekas impor terpapar bakteri, mestinya para penjual atau pekerjanya sudah terkena penyakit terlebih dahulu.

"Kalau ada bakteri, kita yang jualan yang kena dulu. Otomatis kan? Soalnya kita yang buka barangnya. Selama ini pelanggan atau pembeli juga tidak ada komplain," ujar pemilik toko "Alvin Busana Impor" saat ditemui, Kamis (5/2/2015) siang.

Menurut Aldi, pemerintah seharusnya bersikap lebih bijaksana menyikapi persoalan pakaian bekas impor tersebut. Sebab, jika melarang penjualan pakaian bekas impor, ribuan orang akan kehilangan pekerjaan.

"Di sini saja saya bisa mempekerjakan tujuh orang. Kalau Semarang hingga Ungaran mungkin ribuan orang. Kalau pemerintah sanggup membiayai orang-orang yang bakal nganggur, monggo kalau mau diilangin," ujar Aldi.

Terlepas dari itu, menurut Aldi, pelarangan penjualan pakaian bekas impor semestinya dimulai dari penutupan pusat-pusat pemasok pakaian bekas, seperti Singapura, Bandung dan Jakarta.

"Pusatnya kan di Singapura, Jakarta dan Bandung. Kalau sudah habis, bisa ini yang kecil-kecil habis. Tapi kalau ini hilang, otomatis mata pencaharian orang jadi hilang," imbuhnya.

Larangan penjualan pakaian bekas impor dan pemberitaan mengenai pakaian bekas impor yang terpapar bakteri tampaknya tidak berpengaruh bagi konsumen. Salah satu pembeli, Mudrikah (60), warga Gedanganak, Ungaran mengaku, selama memakai pakaian bekas impor dirinya tidak pernh mengalami masalah.

"Biasa saja. Saya beli untuk telesan(baju harian) karena lebih murah. Kalau yang bagus-bagus tetap beli produk dalam negeri," kata Mudrikah.

 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com