Ungkapan "Jasmerah" yang biasa dikaitkan dengan Bung Karno dengan arti "Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah", oleh kelompok mahasiswa yang beraksi di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya diplesetkan menjadi "Jangan Takut Mega Marah". Istilah itu ditulis di salah satu poster kertas yang dibawa mahasiswa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Timur, Senin (26/1/2015).
Tri Aji, salah satu pengunjuk rasa mengatakan, kebijakan Jokowi sebagai presiden tidak lepas dari intervensi partai pendukungnya.
"Kadang kala, intervensi partai pendukung membuat presiden tidak dapat bertindak tegas, karena itu kami meminta tidak terpengaruh dari intervensi partai manapun dalam hal ini," katanya.
Dia berharap, presiden wajib bertindak tegas apabila Polri-KPK bergerak melenceng dari koridor misinya untuk menciptakan Indonesia baru yang berdaulat secara politik, berdikari dari ekonomi dan berkepribadian dalam budaya.
"Termasuk di dalamnya Indonesia yang bersih dari korupsi sebagaimana garis politik yang dijanjikan pemerintahan baru Joko Widodo-Jusuf Kalla," tegasnya.
Dalam aksinya, puluhan mahasiswa tidak hanya sekadar orasi dan membentangkan poster berisi dukungan kembali baiknya hubungan Polisi-KPK, namun juga menggelar teaterikal menggambarkan polemik yang sekarang terjadi. Mereka mengenakan topeng Ketua KPK Abraham Samad, serta calon Kapolri Komjen Pol Budi Gunawan dan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.