Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

162 Peti Jenazah Korban AirAsia QZ8501 Dibuat Dalam Waktu Dua Hari Dua Malam

Kompas.com - 03/01/2015, 08:08 WIB
PANGKALAN BUN, KOMPAS.com -  Sesaat memasuki waktu isya ketukan palu terdengar di sudut rumah sakit. Para pekerja tengah sibuk menyempurnakan peti jenazah tak jauh dari ruangan Posko Disaster Victim Identification (DVI) RSUD Sultan Imanuddin, yang terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Agus Endaru Pratomo (42) salah satunya berjibaku melapisi aluminium foil berwarna silver ke setiap sisi dalam peti berbahan kayu itu. Ia kemudian melapisinya dengan karpet warna hitam dalam peti.

Warga Beringin Dindang, Pangkalan Bun ini adalah salah satu pekerja pembuat dan perlengkapan peti jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501 yang dinyatakan hilang kontak, Minggu (28/12/2014) lalu.

Seluruhnya telah terbagi sebanyak lima tim. Agus bersama timnya terlihat lincah merapikan peti berwarna putih itu. Sejak tiga hari bekerja, timnya sudah berhasil menyelesaikan 50 peti. Mereka memiliki target membuat 162 unit dalam jangka waktu yang cukup singkat.

"Kami bikin peti bergrup. Jadi ada yang (tim membuat) peti sudah siap dipakai, ada yang belum. Ada yang di dalam petinya kayu harus dilapis seng aluminium sama pera atau karpet warna hitam," ujar Agus di RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun, Jumat (2/1/2015) malam.

Agus merupakan PNS Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Kobar. Dia kembali bekerja sehabis magrib dan selesai hingga pukul 20.30 WIB, demi menyempurnakan peti itu.

Bagi dia, tak menjadi soal waktu istirahatnya berkurang. Dia beralasan ingin bergotong royong membantu sesama manusia.

Dua hari dua malam

Juni Goeltom (40) Koordinator Penyiapan Peti Jenazah Korban Pesawat menceritakan awal proses pembuatan peti. Selasa (30/12/2014) malam, bupati kota setempat memintanya menyelesaikan 162 peti jenazah dalam waktu satu malam.

Ia pun langsung membentuk lima tim. Dalam satu tim, terdiri dari 10 sampai 20 orang. Proses pembuatannya pun terbagi di beberapa wilayah, mulai dari Desa Kumai, Madurajo, Delima, Natai Arahan dan Desa Pinang Merah.

Dia menerangkan, sebagian tim belum memasang aluminium dan karpet ke dalam peti, sehingga finalisasi dikerjakan oleh satu tim lagi yang terdiri 25 orang yang beroperasi di rumah sakit.

Mereka membeli kayu dan dikerjakan oleh para tukang mebel, di Desa Bata Balaman, Pangkalan Bun. Sedangkan alaminium foil sebanyak lima rol dipesan di toko bangunan bernama Ponti, tepatnya di Jalan Pasir Panjang. Sementara karpet dibeli di toko plastik, di kawasan Pangkalan Bun.

"Ini instruksi Pak Bupati. Saya katakan iya, siap. Mereka rekan-rekan yang ada di pikiran saya, yang bisa saya hubungi, mulai dari PNS dan bukan PNS. Kemudian saya berkoordinasi, besok pagi jam 10 diminta Pak Bupati peti harus sudah selesai," kata Juni.

Namun, pada malam itu mereka hanya mampu menyelesaikan satu peti. Alasannya, sebuah peti itu sebagai contoh untuk spesifikasinya. Dia membawa peti mati tersebut ke rumah sakit, disaksikan oleh wakil gubernur setempat, bupati, dan Basarnas yang berada di ruang kamar jenazah.

Peti itu pun dinyatakan layak. Tetapi, dia mendapat masukan dari Basarnas untuk sebaiknya semua peti didempul, kemudian dilengkapkan aluminium foil, dan karpet hitam. Supaya saat dimasukkan es tidak bocor. Semua masukan direkam dalam pikirannya untuk tancap gas membuat peti.

Juni mengaku sempat kesulitan memenuhi permintaan bupati sediakan 162 peti dalam waktu satu malam. Dia beralasan kesulitan mencari bahan-bahan, karena saat malam pukul 20.00 WIB itu, aluminium foil, dan karpet yang dicari-cari tak kunjung didapat lantaran toko-toko di wilayah yang didatangi sudah tutup.

Siapa sangka, keesokan harinya, Rabu (31/12/2014), ia akhirnya menyelesaikan 80 peti jenazah. Jumat malam mereka berhasil membuat 175 unit peti. Sabtu (3/1/2015), kembali ingin mencapai target membuat hingga 180 peti.

"Yang penting satu peti sudah jadi, harus hari itu juga, harus ada contoh supaya ada spesifikasi. Setelah itu, saya sudah tahu modelnya saya kerjakan dengan teman-teman beres," ucap dia.

Ia menyebutkan, selain tanggung jawab dan amanah, semua ini dikerjakan secara bergotong-royong. Dengan niat tulus dan murni semata-mata untuk membantu korban.

"Saya terima kasih buat dukungan seluruh masyarakat Indonesia dan khususnya para pekerja, peti ini bisa selesai semua, walaupun tidak selesai satu malam, tetapi dua hari dua malam," kata Juni.

"Mewakili warga Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kami turut berduka cita yang sangat mendalam. Sebagai bentuk duka yang mendalam, kami sudah menyiapkan karangan bunga (di atas peti) sebagai bukti kami turut berduka cita yang mendalam."

"Hanya inilah yang bisa diberikan dari masyarakat Kobar. Mudah-mudahan bisa sedikit melegakan, bahwa peti sudah terkemasi dengan baik. Hanya itulah yang mampu kami berikan," ucapnya menambahkan.

Secara terpisah, Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar mengatakan ingin berupaya maksimal membantu korban, yakni dengan mencoba membuat 162 peti jenazah dalam waktu satu malam. Dengan begitu dia berharap dapat membantu seratus persen.

"Soalnya kalau waktu evakuasi korban di rumah sakit (Sultan Imanudin) sini kalau kita enggak siap kan, bagaimana tuh? Akhirnya kami selesaikan (dua hari dua malam)," kata Ujang.

Ia menyatakan, setelah melihat jenazah dan suasana duka para keluarga korban, dia turut merasakannya. Dengan alasan itulah peti jenazah disertakan karangan bunga di atasnya. "Kami turut berduka, kami kasih bunga di atas peti," ujarnya.

Pantauan di lokasi, ratusan peti jenazah berjejer rapi tak jauh dari ruangan Posko DVI RSUD Sultan Imanuddin. Peti-peti tersebut sebagian besar sudah disertakan karangan bunga di atasnya.

Peti jenazah itu sudah diisi korban penumpang pesawat AirAsia QZ 8501 sejak pengataran jenazah pada hari pertama ke Surabaya. Dua jasad pertama dievakuasi oleh tim gabungan Basarnas dari perairan Selat Kalimata. (Rahmat Patutie)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com