Salah satu komponen utama dalam pesawat ini yang masih harus diimpor adalah mesin. Pesawat N219 menggunakan mesin turbofan Pratt and Whitney yang diimpor dari Amerika Serikat.
"Untuk mesin kita belum bisa membuat sendiri. Mesin yang kita pilih adalah PW," kata Direktur Teknologi PT Dirgantara Indonesia, Andi Alishahbana saat konferensi pers di workshop PT Dirgantara Indonesia, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Selasa (9/9/2014).
Meski demikian, Andi menegaskan bahwa sebagian besar komponen-komponen pesawat N219 diproduksi sendiri di PT Dirgantara Indonesia. Pesawat ini terdiri dari 5.000 bagian.
Andi beralasan, memilih mesin PW untuk ditanamkan di pesawat N219 karena model ini sudah tidak asing lagi dan banyak dipakai pesawat-pesawat yang beroperasi di Indonesia.
"Mesin ini telah banyak beroperasi di Indonesia jadi bisa di-overhaule. Operator pilot pun sudah tidak asing dengan mesin ini," tuturnya.
Selain itu, pertimbangan lainnya dalam memilih mesin PW ini adalah kemudahan dalam mencari suku cadang. Jika nantinya pesawat ini mengalami kendala mesin di daerah terpencil, lanjutnya, perbaikannya dipastikan tidak akan sulit. Sebab, mekanik-mekanik pesawat terbang sudah tidak asing lagi dengan mesin ini.
"Sekarang juga sudah banyak yang memproduksi komponen-komponen. Selain di PT DI ada juga indistri komponen (pesawat) di dalam negeri," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.