Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alumnus Pesantren Ini Memilih Dolly karena Tak Suka Dipaksa Menikah

Kompas.com - 18/06/2014, 14:27 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com
 — Endita (30), lulusan salah satu universitas Islam di Sidoarjo, bertutur tentang keputusannya menjadi penghuni lokalisasi prostitusi Dolly (baca: Endita, Sarjana yang Jadi PSK di Dolly karena Dihamili Pacar). Dia lalu bercerita bahwa bukan hanya dia PSK yang mengenyam pendidikan.

"Teman saya, alumnus pesantren di Lumajang, juga nekat kerja di Dolly. Katanya karena dipaksa nikah dengan orang yang tidak dicintainya. Akhirnya, nekat kerja ke Dolly," ujar Endita kepada Kompas.com, Rabu (18/6/2014).

Endita lalu memperkenalkan Yuni (32) di tengah-tengah aksi menolak penutupan Dolly di Jalan Dukuh Kupang, Rabu pagi. Alumnus salah satu pesantren dari Kabupaten Lumajang itu mengaku merelakan keperawanannya di salah satu wisma di Gang Dolly.

Yuni pun menuturkan kisahnya hingga sampai di Dolly.

"Saya memang alumnus pesantren. Keperawanan saya hilang di sini. Saya lari dari rumah masih perawan. Sekarang saya tak punya siapa-siapa. Kedua orangtua saya sudah tak memedulikan saya," jawab Yuni ketika ditanya alasannya terjun ke dunia prostitusi di Dolly.

"Itu kenangan bagi saya. Sekarang saya lebih memikirkan nasib saya. Sejak saya memutuskan kerja di Dolly, saya sudah tak pulang ke rumah. Jika Dolly terpaksa harus ditutup, saya akan pindah ke tempat lokalisasi lainnya," lanjutnya.

Yuni lalu bercerita bahwa dia mengenyam pendidikan sampai tingkat madrasah aliah di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Lumajang. Menurut Yuni, di wisma tempatnya bekerja, banyak PSK lain yang merupakan tamatan SMA dan setingkatnya.

"PSK yang satu wisma dengan saya ada 7 orang. Semuanya lulusan SMA. Bisa kerja di Dolly, ada yang karena faktor kebutuhan ekonomi dan ada yang memang karena hamil di luar nikah," katanya.

Selain itu, lanjut Yuni, ada PSK yang kali pertama masuk ke wisma di Dolly merupakan lulusan SMP. Rekannya itu nekat pergi ke Dolly setelah diperkosa oleh kakak kandungnya.

Yuni pun berharap Dolly tak jadi ditutup. Menurut dia, uang pesangon yang ditawarkan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tak cukup.

"Semoga Dolly tak jadi ditutup. Lebih kurang ada 1.080 PSK di Dolly. Kasihan, tak ada pekerjaan. Uang pesangon yang akan diberikan Bu Risma paling hanya cukup kebutuhan seminggu," keluhnya.

Namun, jika memang Dolly tetap ditutup, Yuni memiliki tiga harapan yang harus dipenuhi oleh Risma.

"Tiga yang harus dipenuhi jika Dolly akan ditutup. Soal ganti rugi yang cukup, pekerjaan disediakan, dan psikis PSK dipedulikan juga," katanya.

Hingga hari ini, kompleks lokalisasi yang disebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara itu dihuni 1.080 PSK dan lebih dari 300 mucikari. Mereka menghuni puluhan wisma sebagai tempat tinggal sekaligus untuk melayani tamu lelaki hidung belang.

Sejak tiga tahun terakhir, Pemkot Surabaya melarang adanya PSK baru. Mereka biasanya datang seusai libur puasa dan Hari Raya. Pemkot kini berencana menutup Dolly.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com