"Suplai air bersih tidak ada, terpaksa kami beli. Itupun hanya untuk keperluan minum dan mandi seadanya," ujar Lerry, warga Dendengan Dalam, Kecamatan Tikala, Minggu (19/1/2014).
Lerry bersama ratusan warga lainnya yang rumahnya dimasuki lumpur tebal mengaku kesulitan membersihkan lumpur yang mulai mengering. Mereka memerlukan air bersih untuk menyingkirkan endapan lumpur tersebut.
"Mau bagaimana lagi, saluran air masih mati, listrik juga belum dinyalakan. Untuk minum dan mandi itu kami beli dari penjual air isi ulang," tambah Lerry.
Pemerintah Kota Manado memang mengusahakan distribusi air bersih melalui mobil tangki air, tetapi luasnya wilayah yang terkena banjir membuat suplai air tersebut terasa tidak mencukupi.
Empat hari pasca-bencana banjir, sampah dan lumpur yang mulai mengering nampak menumpuk di seluruh wilayah yang terkena banjir. Kota Manado termasuk di beberapa ruas jalan utama terlihat sangat berantakan.
Dari data Posko Tanggap Darurat Bencana Kota Manado tercatat hingga saat ini ada enam warga yang tewas serta ribuan rumah rusak. Selain itu, ada dua bangunan sekolah, dua masjid serta satu gereja yang ikut rusak diterjang banjir. Berbagai infrastruktur juga ikut rusak, seperti jalan, jembatan, saluran pipa air, instalasi listrik, gedung pemerintah dan fasilitas publik. Kini pemerintah kota berupaya melakukan langkah-langkah pemulihan pasca-bencana.
Sebelumnya, Wali Kota Manado, Vicky Lumentut telah menetapkan status darurat bencana bagi Kota Manado. "Status darurat tersebut berlaku selama 14 hari hingga tanggal 29 Januari 2014," kata Lumentut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.