"Sejak subuh kami sudah parkir di terminal. Namun, sampai siang belum ada penumpang. Lihat saja, banyak mobil yang kosong. Kalau sudah pukul 13.00, sopir sudah pada pulang," kata Herman, seorang sopir angkutan umum di Terminal Makassar Metro Daya, Senin (5/8/2013).
Menurut Herman, salah satu penyebab dari persoalan ini adalah banyaknya biaya retribusi yang dikenakan kepada penumpang saat masuk terminal. Herman memberi contoh, ada biaya masuk Rp 1.000 per penumpang. Belum lagi bea masuk untuk barang bawaan yang besarannya berdasarkan jumlah barang.
Menurut seorang sopir lain bernama Agus, banyak mobil berpelat hitam yang mengangkut penumpang di luar terminal. Kondisi itu dibiarkan oleh petugas terminal. Bahkan, kata Agus, beberapa oknum petugas mendapat imbalan dari sopir pelat hitam agar tidak diusik ketika mengangkut penumpang di luar terminal.
"Kalau sopir pelat kuning mengambil penumpang di luar terminal, malah kita yang dikejar polisi. Kalau kedapatan larinya, ditilang. Tapi kalau pelat hitam yang beroperasi di depan petugas, malah dibiarkan saja. Ada apa ini?" keluh Agus.
Sambung Agus, para sopir pelat kuning harus mengeluarkan Rp 600.000 untuk setoran ke pemilik mobil, BBM, hingga biaya retribusi jalan raya. Untuk itu mereka harus meminjam ke koperasi yang pengembaliannya mencapai dua kali lipat.
Karena itu mereka berharap pihak berwenang mengambil tindakan terhadap praktik-praktik tersebut, misalnya dengan menertibkan oknum petugas terminal yang nakal dan kendaraan pelat hitam yang mengangkut penumpang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.