Rumah itu, kata Heri, merupakan rumah singgah sementara dari kejaran Belanda yang saat itu menguasai Yogya. "Saya juga kaget di media diberitakan rumah itu rumah Soekarno, padahal setahu saya Soekarno hanya sempat singgah," ujar Heri kepada Kompas.com, Selasa (16/7/2013) petang.
Heri mengaku tidak mengetahui persis kisah tentang presiden pertama Indonesia dan keluarga bersembunyi di rumah yang dibangun pada tahun1932 itu. "Saya tidak tahu ceritanya, hanya mendengar dari keluarga bahwa Soekarno pernah bersembunyi di rumah itu dan tidur di kamar Ibu ( Ny Siti Ismusilah) ," kata Stefanus.
Meski demikian dia membenarkan bahwa rumah seluas 4,213 meter persegi tersebut memang dijual dengan harga Rp 5 juta per meter persegi. Menurut dia, rumah itu tidak ada yang mengurus dan pajaknya mahal.
Heri mengatakan, keluarga sebenarnya merasa berat hati menjual rumah itu, karena rumah itu memiliki nilai historis, baik bagi keluarga maupun karena pernah disinggahi proklamator kemerdekaan Indonesia itu.
"Sayang sebenarnya jika dijual, tapi gimana lagi," ujar Stefanus. Ia dan keluarga berharap, nantinya pemilik baru rumah itu tidak merobohkan bangunan dan menjaga baik-baik isinya yang bernilai sejarah itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.