Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/07/2013, 07:59 WIB
Harry Susilo

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com – Pemerintah Kota Surabaya masih menunggu izin dari Kementerian Kehutanan untuk mengelola secara penuh Kebun Binatang Surabaya (KBS) melalui perusahaan daerah yang dibentuk. Namun, izin dari Menteri Kehutanan saat ini masih terganjal persoalan hukum.

Pada 2010, Kementerian Kehutanan mencabut izin lembaga konservasi yang dimiliki Perkumpulan Taman Satwa dan Flora Surabaya (PTSFS) karena buruknya pengelolaan KBS. Pengelolaan KBS kemudian dipegang Tim Pengelola Sementara yang berada di bawah Kementerian Kehutanan.

PTSFS lalu menggugat Tim Pengelola Sementara dan Kementerian Kehutanan, karena pencabutan izin itu. Lembaga yang dipimpin Stany Soebakir ini merasa punya jasa terhadap pengembangan KBS.

“Kami masih menunggu putusan terkait banding yang diajukan PTSFS. Setelah ada ketetapan hukumnya, izin baru bisa diproses,” ujar Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan Novianto Bambang, di sela rapat pembahasan mengenai KBS di Balaikota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (11/7/2013).

Kendati demikian, upaya Pemkot Surabaya untuk segera mengelola KBS didukung Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan melalui surat Menteri Kehutanan Nomor S.387/Menhut-IV/2013. Surat tertanggal 3 Juli 2013 itu berisi dukungan terhadap permohonan izin lembaga konservasi atas nama Perusahaan Daerah Taman Satwa KBS.

Novianto mengakui, pengelolaan KBS saat ini dapat dilakukan bersama antara Pemkot, Kementerian Kehutanan, Tim Pengelola Sementara KBS, dan akademisi, sembari menunggu penerbitan izin lembaga konservasi. Namun, Pemkot Surabaya harus memenuhi sejumlah syarat lain, yakni menyertakan pengelola teknis yang profesional di bidang konservasi.

Selain itu, Pemkot Surabaya harus memastikan lahan KBS tidak difungsikan untuk kepentingan di luar konservasi. Koordinasi dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jatim dan Tim Pengelola Sementara KBS untuk pengelolaan satwa juga mutlak dilakukan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com