Salin Artikel

Cerita Endi Yudha Baskoro, 15 Tahun Jadi Relawan Tagana karena Hobi dan Panggilan Jiwa

Yudha, panggilan akrabnya, bergabung sebagai relawan Tagana di Solo, Jawa Tengah, sejak 2009.

Yudha memiliki latar belakang pecinta alam. Sebelum menjadi relawan Tagana, warga Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah, ini lebih dahulu bergabung pecinta alam tingkat kampung atau desa.

Kemudian, ikut karang taruna tingkat kelurahan, kecamatan dan kota. Ia mulai mengenal Tagana sejak dirinya bergabung menjadi karang taruna tingkat kota.

"Di situ ada pelatihan Tagana. Memang saat itu masih agak rancu antara Tagana ikut karang taruna sama berdiri sendiri. Akhirnya, saya diikutkan mewakili dari karang taruna wilayah Kecamatan Jebres. Pelatihan (Tagana) sekitar tahun 2009," kata Yudha, kepada Kompas.com, di Solo, Jawa Tengah.

Suami Andayani (39) itu sempat bingung dengan organisasi Tagana. Dia mengira Tagana di bawah karang taruna.

Tetapi, seiring berjalan Tagana merupakan organisasi relawan di bawah Kementerian Sosial dan kedudukan Tagana di provinsi berada di bawah pembinaan Dinas Sosial (Dinsos) provinsi, kabupaten/kota.

Yudha menambahkan, selain memiliki latar belakang pecinta alam, dirinya ikut menjadi relawan Tagana karena terinspirasi penyelamatan korban tenggelam dari Badan Koordinasi Pelaksana (Bakorlak) SAR-UNS.

Menurut dia, SAR di Solo yang usianya cukup tua dari UNS.

"Karena rumah saya dekat Bengawan Solo kalau ada orang tenggelam lihat (penyelamatan) SAR UNS itu jadi kelihatannya asyik, menarik. Dulu belum kepikiran relawan itu seperti apa. Cuma melihat dari aktivitas SAR UNS itu terus dapat kesempatan mewakili karang taruna itu. Terus jadi suka (Tagana) sampai sekarang ini," ujar Yudha.

Yudha menceritakan, pengalaman pertamanya bergabung Tagana. Ia ikut bersama relawan dalam penyelamatan bencana alam erupsi Gunung Merapi tahun 2010.

Bahkan, Yudha sempat menyaksikan secara langsung erupsi Gunung Merapi dan berlari untuk menyelamatkan diri.

"Kita di sana hampir satu bulan," ungkap dia.

Yudha mengatakan, selalu mengikuti aturan di mana dirinya ditugaskan.

Hal ini untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Termasuk dirinya bisa mengetahui potensi bahaya.

"Kita mengikuti tuan rumah di situ atau SAR di situ. Kita ikut aturan main mereka. Jadi ditugaskan di mana, diajak ke mana kita mengikuti aturan. Jadi tahu potensi bahayanya bagaimana kita tahu," ungkap dia.


Yudha tak lupa selalu memberikan kabar kepada sang istri di rumah selama ditugaskan untuk misi sosial maupun kemanusian.

Karena tugas relawan Tagana di daerah bencana alam tidak bisa langsung selesai dalam waktu sehari, dua hari. Bahkan bisa berbulan-bulan.

"Yang pastikan sejak awal sudah kita niatkan. Sudah dikasih tahu bahwa tugas Tagana dalam kebencanaan tidak mungkin selesai sehari, dua hari. Sudah kita komunikasikan dengan istri. Dulu sebelum menikah ya dengan orangtua. Sewaktu-waktu ada tugas kalau ada bencana. Kalau rollingan di Tagana paling cepat satu minggu. Kalau psikisnya masih kuat pasti berlanjut," ujar Yudha.

Untuk menunjang tugasnya, Tagana juga dibekali dengan peralatan pendukung.

Seperti perahu, dapur umum, dan lainnya. Peralatan ini semua bantuan dari pemerintah.

Di sisi lain, Yudha juga mengatakan, mendapatkan insentif meski besarannya tidak sebanding dengan tugasnya.

Setiap bulan ia mendapatkan insentif sebesar Rp 250.000 dan diambil setiap enam bulan sekali.

Baginya Yudha, insentif ini bukanlah pendapatan utama. Ia menganggap bahwa insentif yang diambil setiap enam bulan sekali tersebut sebagai bonus dalam menjalankan tugas.

"Kalau insentif itu kita mikirnya bonus saja ya. Kalau ditanya ketika untuk kebutuhan keluarga itu tidak cukup. Bukan kita gunakan untuk keluarga kita. Tapi untuk kegiatan sehari-hari kita untuk tambahan saja," ujar Yudha.

Selain insentif, Yudha mengaku belum lama dari Dinsos Jawa Tengah memberikan BPJS Ketenagakerjaan kepada Tagana.

Asuransi ini diberikan kepada Tanaga yang sudah tercatat di Kemensos.

"Kalau dari Dinsos Solo tidak ada. Tapi, baru kemarin muncul di Dinsos Jawa Tengah kita dimasukkan ke BPJS Ketenagakerjaan. Itu khusus yang punya niat tercatat di Kemensos," terang dia.

Sementara untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, Yudha mengandalkan penghasilan dari penginapan.

Ia bersama istri memiliki usaha menyewakan penginapan di kawasan objek wisata di Sarangan, Magetan, Jawa Timur.

"Saya punya penginapan di Sarangan," ungkap dia.

Yudha berharap, ada perhatian dan dukungan penuh dari pemerintah kepada relawan Tagana.

"Kalau dari kita tetap menjadi Tagana ya. Harapannya tetap ada support dari dinas. Meskipun nanti tidak ada support dari dinas, kita tetap berkativitas sebagai relawan. Karena relawan ini lebih ke hobi dan panggilan jiwa," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2024/05/14/063915078/cerita-endi-yudha-baskoro-15-tahun-jadi-relawan-tagana-karena-hobi-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke