Salin Artikel

Bandara Supadio Hanya Layani Penerbangan Domestik, Warga Pontianak Merasa Dirugikan

Sebelumnya bandar udara ini memiliki jalur penerbangan internasional.

Seorang traveller Pontianak, Shando Safela menyayangkan kebijakan tersebut. Menurut dia, perubahan status bandara akan membuat Kalbar sepi dari wisatawan luar negeri.

“Sangat disayangkan. Mungkin pemerintah kita khawatir, kalau saja banyak warga kita yang bepergian ke luar negeri, namun di sisi lain, kita juga menutup gerbang kita untuk para wisatawan,” kata Shando saat dihubungi, Sabtu (27/4/2024).

Shando menerangkan, saat ini Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kalbar tengah gencar mempromosikan destinasi wisata terbaik Kalbar, tapi upaya itu dipersulit dengan perubahan status bandara.

“Dipersulit di sini, dalam arti untuk datang ke sini butuh sedikit effort. Misalnya dulu wisatawan dari Kuala Lumpur bisa langsung datang ke Pontianak dengan sekali flight, kali ini harus transit lagi ke Jakarta, justru makin sulit,” jelas Shando.

Selain itu, lanjut Shando, pemerintahan Presiden Joko Widodo sedang gencar membangun Ibu Kota Nusantara (IKN).

Dengan demikian, harusnya Bandara Supadio Pontianak dapat menjadi bandara penunjang.

“Pemindahan ibu kota tentu saja membawa multiplier effect, dan harus didukung infrastruktur yang memadai. Salah satunya bandara internasional di beberapa titik di Kalimantan, Supadio salah satunya,” ungkap Shando.

Sementara itu, Andriadi Perdana Putra warga Pontianak lainnya, berharap pemerintah untuk memperbaiki konektivitas penerbangan domestik.

“Mestinya ini juga jadi momentum untuk memperkuat konektivitas antar wilayah domestik. Penerbangan direct antarwilayah diperbanyak, jangan banyak transit. Masa satu pulau mesti keliling dulu,” ucap Andriadi.


Menurut Andriadi, penerbangan domestik sekarang ini justru lebih banyak transit, sehingga membuat harga tiket semakin mahal.

“Bayangkan saja, jika mau terbang ke Banjarmasin misal, dari Pontianak harus transit ke Jakarta. Itu kan memakan biaya dan waktu,” sebut Andriadi.

Warga lain, Imanuel Jefri juga mengatakan, seharusnya Bandara Supadio Pontianak membuka diri untuk penerbangan internasional.

Jefri menjelaskan, alasan karena banyak penduduk yang banyak ke luar negeri ketimbang dalam negeri, rasanya tidak tepat.

“Justru kalau tidak ada penerbangan langsung dari luar negeri, akan mempersulit masuknya wisatawan dari luar negeri,” kata Jefri.

“Mestinya pemerintah melakukan kajian kenapa orang kita lebih memilih melakukan perjalanan keluar negeri, utamanya negara-negara Asia atau Asia Tenggara,” timpal Jefri.

Jefri menerangkan, ada beberapa alasan kenapa banyak warga Indonesia melakukan perjalanan ke negera Asia atau Asia Tenggara.

Pertama, harga tiket pesawat luar negeri jauh lebih murah dibanding domestik. Bahkan maskapai seperti Air Asia berani banting harga hingga kalau dipikir hampir tidak masuk akal.

“Sebagai contoh, tahun lalu, saya pernah mendapat tiket promo dari Kuching-Kinabalu seharga Rp 600.000 untuk empat orang pulang-pergi,” ungkap Jefri.

Jefri menambahkan, memang tiket promo ini didapat dari jauh hari, tetapi apakah maskapai domestik berani melakukan gebrakan demikian?

Kedua, akses transportasi umum di negeri tetangga semisal Kuala Lumpur, Bangkok, Singapura, banyak pilihan dan lebih terjangkau.

“Tempat-tempat wisata juga mudah dijangkau,” ujar Jefri.

Ketiga, selain tempat wisata berbayar, juga banyak pilihan wisata gratis yang bisa dikunjungi oleh siapa saja.

“Menurut saya, pencabutan status bandara internasional bukan lah sebuah solusi yang tepat, tetapi sebaliknya akan mempersulit negara kita. Boleh dikatakan secara tidak langsung Indonesia mengisolasi dari dari dunia luar,” tegas Jefri.

Sementara itu, Penjabat Gubernur Kalbar Harisson mengatakan, perubahan status ini, salah satunya untuk membatasi mobilitas warga ke luar negeri.

“Banyaknya bandara internasional justru mempermudah masyarakat kita ke luar negeri, lalu jalan-jalan dan belanja, menghabiskan devisa negara kita,” kata Harisson dalam keterangan tertulis, Jumat (26/4/2024).

Harisson menyebut, berdasarkan data, ternyata lebih banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang berkunjung ke luar negeri, dibanding Warga Negara Asing (WNA) yang berkunjung ke Indonesia.

“Kemudian banyaknya warga Indonesia yang berkunjung ke luar negeri adalah untuk berobat,” ucap Harisson.

Harisson menjelaskan, banyak masyarakat yang sudah terlanjur percaya terhadap pelayanan kesehatan oleh rumah sakit luar negeri.

“Jadi kalau mereka tidak berobat ke sana maka mereka merasa tidak akan sembuh, maka ini harus menjadi salah satu faktor pertimbangan,” ucap Harisson.

https://regional.kompas.com/read/2024/04/27/185648878/bandara-supadio-hanya-layani-penerbangan-domestik-warga-pontianak-merasa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke