Salin Artikel

Banjir Demak, Beban Ekonomi Masyarakat, dan Ancaman Utang...

Kendati demikian, banjir masih menyisakan beban ekonomi bagi masyarakat lantaran harta benda mereka banyak yang hanyut.

Warga setempat, Sri Utomo (43) mengatakan, hampir dua bulan ia tidak bekerja sejak banjir pertama pada Februari lalu.

Ia yang mengaku sebagai pedagang warung kecil, waktunya habis untuk membersihkan rumah lantaran sempat tenggelam.

"Nganggur sama bersih-bersih seperti ini, memang kerjaan rumah masih banyak," katanya kepada Kompas.com, Senin.

"Kalaupun kerja punya tanggungan rumah gini tidak bisa fokus kerjanya," imbuhnya.

Usai banjir Maret lalu, Utomo mengaku baru menerima satu kali bantuan. Itu pun datang dari Kudus.

"Bantuan apa, kalau yang pertama (banjir Februari) kemarin ada bantuan dari Pak Lurah, sekedar tikar sama beras 2 kilogram," terangnya.

Utomo mengaku hanya bisa pasrah menjalani hidup ke depan bersama keluarganya, bahkan kini harta bendanya hanyut terbawa banjir.

Sementara untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, ia harus meminjam ke sana kemari

"Mencari-cari, nabrak-nabrak bagaimana caranya, entah nyari utang atau gimana. Hampir dua bulan tidak kerja nganggur," beber dia.

Kondisi serupa juga dialami Sulastri (63), kini barang-barang di rumahnya banyak yang rusak.

Kata Sri, sewaktu pulang dari pengungsian ia sempat mendapatkan sembako. Namun saat ini habis.

"Habis, bosen makan mi terus. Habis-habisan," ujarnya.

Untuk menutup kebutuhan sementara, Sulastri mengaku mengandalkan anaknya yang masih bekerja di luar kota. Namun untuk ke depan ia terpaksa harus meminjam.

"Lah wong habis-habisan, nyari-nyari minjam. Sudah hancur semua," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2024/04/02/220347378/banjir-demak-beban-ekonomi-masyarakat-dan-ancaman-utang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke