Salin Artikel

Melihat Mushaf Al Quran Blawong, Jejak Sejarah Religi di Gogodalem Ratusan Tahun Lalu

UNGARAN, KOMPAS.com - Jejak peninggalan sejarah religi di Dusun Kauman Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, sangat kentara

Selain ada masjid tua yang didirikan cucu Sunan Kalijaga, di sini juga terdapat mushaf Al Quran yang telah berusia ratusan tahun.

Oleh warga, mushaf tersebut disebut sebagai Al Quran Blawong.

Manuskrip kuno itu disimpan di Masjid At-Taqwa. Total, ada empat Al Quran Blawong di sini. 

"Ini ditulis simbah Jamaludin, beliau pendiri Masjid At-Taqwa bersama Wali Nitinegoro dan Simbah Marto Ngasono," ungkap Kepala Dusun Kauman Nasiruddin, Minggu (24/3/2024) sambil menunjukkan salah satu Al Quran Blawong.

Warna Al Quran itu sudah kuning kecokelatan, tekstur kertasnya pun kaku, ditambah banyaknya retakan di kertas itu. Tanda usianya tak muda lagi.

Nasiruddin mengatakan, satu juz Al Quran setidaknya ditulis tangan di 15 lembar kertas.

"Bisa dikatakan ini sangat awet, karena masih terlihat jelas dan bisa dibaca setiap 35 hari sekali. Masih dilestarikan oleh keturunan simbah Jamaludin," paparnya.

Untuk perawatan, dia mengungkapkan tidak ada cara-cara khusus. Selain dikeluarkan untuk dibaca secara rutin, untuk penyimpanan juga di tempat yang mendapat sirkulasi udara cukup.

"Agar tidak lembab, jadi diangin-angin saja, karena ini juga kertas tua," kata Nasirudin.

Meski begitu, dia tidak mengetahui waktu penulisan mushaf Blawong tersebut.

"Kalau tahunnya tidak diketahui, karena tidak ada tulisan tahun di mushaf-nya. Tapi dari cerita orang tua terdahulu, usianya hampir sama dengan Masjid At-Taqwa ini atau zaman setelah kerajaan Demak," ujarnya.

Nasirudin mengatakan, tanda mushaf tersebut ditulis tangan terlihat dari guratan-guratan kecil tak teratur yang menandakan mushaf tersebut ditulis langsung.

Selain itu, menurut penelitian yang sudah dilakukan, kertas yang digunakan untuk menulis mushaf itu berasal dari Eropa.

"Terlihat dari watermark kertas yang bisa dilihat jika diterawang menghadap cahaya, ada tulisan concordia researvap crescunt," kata Nasirudin.

"Kami tahu setelah diteliti itu ada logo merek kertasnya kemungkinan zaman VOC," ujarnya.

Dikatakan, awalnya ada lima mushaf di masjid. Namun saat ini hanya tersisa empat mushaf, satu mushaf yang lain tidak diketahui keberadaannya.

Menurutnya, hanya satu mushaf yang kondisinya lengkap.

"Yang masih lengkap ini satu, yang lainnya sudah tidak lengkap karena hilang jilidnya lepas. Karena sudah termakan usia," kata Nasirudin.

"Meskipun sudah berusia tua, mushaf Al Quran Blawong masih bisa terbaca. Namun ada beberapa bagian yang memerlukan keahlian khusus, sebab ada yang tidak berharokat. Selain itu juga tidak ada tanda baca yang menunjukkan urutan ayat-ayatnya," paparnya.

Mushaf ini awalnya hanya dibaca satu tahun sekali, setiap 20 Syaban. Namun dibaca rutin setiap 35 hari sekali atau setiap selapan.

"Tujuannya untuk merawat dan melestarikan warisan leluhur, jadi sudah lima tahun ini mushaf dibaca setiap selapan, jadwalnya Senin Wage," ungkap Nasirudin.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/25/115720578/melihat-mushaf-al-quran-blawong-jejak-sejarah-religi-di-gogodalem-ratusan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke