Salin Artikel

Kisah Marbut Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung, Jadi Kuli Cuci Piring dan Tukang Parkir untuk Penuhi Kebutuhan

Taufik menghabiskan waktu hampir 24 jam di Masjid Al-Aaraf Rangkasbitung. Hal tersebut sudah dia lakoni sejak tahun 1995.

"Awal jadi marbut dulu saat umur 20 tahunan, jadi sudah hampir 30 tahun mengabdi di Masjid ini," kata Taufik saat berbincang dengan Kompas.com, di Masjid Agung Al-Aaraf, Kamis (21/3/2024).

Dia bercerita, pertama kali jadi marbut karena diajak oleh seorang tetangga yang juga menjadi marbut di masjid ini. Saat itu Taufik tengah bekerja sebagai tukang sol sepatu keliling.

Taufik menyanggupi ajakan jadi marbut tersebut, alasannya karena juga memang ingin lebih mendekatkan diri ke Maha Pencipta.

Sebagai marbut, dia bertugas dalam hal mengurus masjid yakni merawat dan membersihkan masjid bersama dua marbut lainnya. Taufik juga sering tidur di Masjid Agung Al-Aaraf jika sedang tidak pulang ke rumah.

Jadi buruh cuci piring dan tukang parkir untuk dapat uang tambahan

Taufik mengaku, gaji yang diterima sebagai marbut tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Taufik saat ini belum berkeluarga, namun menanggung biaya hidup orang tuanya.

Untuk mendapatkan uang tambahan, dia juga menyambi kerja lain dengan menjadi buruh cuci piring dan jadi tukang parkir kendaraan di Gedung DPRD Lebak.

"Setiap sore dan malam jadi buruh cuci piring di rumah makan padang, Alhamdulillah digaji Rp 350.000 sebulan," kata Taufik.

Sementara Jadi tukang parkir, Taufik bisa mengantongi penghasilan sekitar 30.000 rupiah setiap malam.

Selain gaji sebagai marbut dan juga kerjaan sampingan, Taufik mentakan juga mendapatkan bantuan beras dari Masjid Agung Al-Aaraf.

Kendati pendapatan yang diterimanya tidak besar, namun Taufik mengaku bersyukur dengan hidupnya saat ini. Dia mengaku hidup cukup dengan keadaannya sekarang.

"Alhamdulillah kuncinya banyak-banyak bersyukur saja, selama ini belum pernah kekurangan," kata dia.


Pemkab Lebak rumuskan regulasi marbut masjid

Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Lebak, Iyan Fitriana, mengklaim marbut yang bertugas di Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung menjadi kewenangan Pemkab Lebak.

Para Marbut di masjid ini, mendapat gaji bulanan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

"Untuk di Lebak baru fokus Marbut di Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung, mohon doanya marbut masjid di seluruh masjid bisa di Lebak bisa menerima (gaji) dari dari APBD," kata Iyan kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis.

Iyan menambahkan, Kabupaten Lebak juga saat ini memiliki program insentif untuk guru magrib mengaji, Guru Madrasah Diniyah dan juga pimpinam pondok pesantren di seluruh Kabupaten Lebak.

Mereka yang menerima insentif sebagian besar juga berperan sebagai marbut.

Menurut Iyan, Pemerintah Kabupaten Lebak juga bekerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) terkait kesejahteraan marbut masjid.

Saat ini, kata Iyan, memang belum ada peraturan daerah khusus yang mengatur terkait Marbut. Namun, dia mengklaim sedang dirumuskan.

"Regulasi mengatur marbut masjid belum ada sedang kami rumuskan dan tentu sedang kami simulasikan dengan estimasi anggaran dibutuhkan. Selain marbut masjid juga penghulu di tiap desa yang betugas memandikan jenazah," pungkas Iyan.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/22/191713678/kisah-marbut-masjid-agung-al-aaraf-rangkasbitung-jadi-kuli-cuci-piring-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke