Salin Artikel

Saat Pengungsi Banjir Semarang Hanya Andalkan Mi Instan dan Telur untuk "Survive"

Mereka juga harus bertahan hidup dengan mengandalkan mi instan dan telur hingga Selasa (19/3/2024).

Pantauan Kompas.com, Kelurahan Trimulyo masih dikepung banjir dengan ketinggian 40-100 sentimeter. Oleh karena itu, sebagian warga yang terdampak memilih untuk mengungsi.

Masjid Jami' Baitul Mannan di sebelah SDN Trimulyo 01 menjadi tempat pengungsian bagi lebih dari 60 warga dari 23 KK di RW 02 dan sekitarnya. 

"Ini banyak yang kecolongan rusak, kasur, elektronik, tahun kemarin barang-barang ditaruh di tempat tinggi, sekarang tambah tinggi banjirnya jadi tenggelam. Kulkas, mesin cuci, lemari roboh, baju-baju kena semua," keluh Sulis, warga setempat saat ditemui di lokasi pengungsian, Selasa (19/3/2024). 

Menurutnya, banjir kali ini jauh lebih parah ketimbang tahun lalu.

Pasalnya dia dan warga lainya telah berupaya mengamankan barang berharga dan perabotan rumah, tapi akhirnya tetap tenggelam karena banjir sangat tinggi.

"Hari Jumat banjir di jalan kampung seleher orang dewasa, kalau di rumah sedada. Udah langganan ngungsi sekeluarga di sini tiap tahun. ini bertiga sama anak," lanjutnya.

Khoiriyah, pengungsi lainnya juga mengeluhkan hal serupa.

Dia belum bisa membereskan sisa banjir lantaran genangan air di rumahnya masih setinggi 30 sentimeter.

"Biasanya paling lama 4-5 hari, ini udah hampir seminggu lambat banget surutnya. Lebih tinggi dari sebelumnya juga, jadi banyak korban elektronik di rumah," katanya lagi.

Saat banjir masih tinggi, dia harus menumpang tetangga yang memiliki rumah tinggi atau berlantai dua untuk sekadar buang air. Pasalnya banjir juga merendam masjid di lantai bawah.

Kendati telah perlahan surut, sekitar 60 pengungsi masih belum bisa kembali karena belum bisa membersihkan perabotan yang rusak dan terdampak banjir.

"Kamar mandi masih mampet, belum bisa bersih-bersih dan cuci pakaian di rumah," beber Sulis. 

Untuk bertahan menyantap sahur dan buka puasa, para pengungsi juga hanya mengandalkan mi instan, telur, dan beras yang sempat diberi pemerintah.

"Hari pertama ngungsi masak sendiri. Terus sempet ada dapur umum, tapi sekarang udah enggak ada, jadi masak sendiri. Kebanyakan makan mi instan, masih ada telur sama ada beras dari bantuan kemarin," lanjut Sulis.

"Kemarin, anak sekolah yang ngungsi di sini naik perahu ke jalan raya, sekarang udah enggak ada perahu, jalan kaki sendiri (ke Jalan Kaligawe). Lumayan banyak anak sekolah. Yang SMP SMA udah pada masuk sekolah," jelasnya.

Untuk diketahui, banjir melanda Kota Semarang sejak Kamis (14/3/2024).

Sebanyak enam kecamatan terdampak banjir. Namun Kelurahan Trimulyo dan Genuksari di kecamatan Genuk paling terdampak dan masih banjir hingga sekarang.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/19/183349478/saat-pengungsi-banjir-semarang-hanya-andalkan-mi-instan-dan-telur-untuk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke