Salin Artikel

Evakuasi Diri, Mahasiswa Unissula Semarang Jalan Kaki Terjang Banjir Selama 5,5 Jam ke Stasiun Tawang

Ketiga yakni, Kanaya (19) warga asli Temanggung, Shita (19) warga asli Tegal, dan Lintang (19) warga Solo.

Mereka berjalan dari kosnya di daerah Perumahan Genuk menuju Stasiun Tawang Semarang.

"Saya dan dua teman saya dari kosan saya di genuk jalan kaki dari jam 07.30 WIB, rencananya teman saya mau ke Solo sama ke Tegal, saya nganterin doang, terus saya mau nge-grab ke rumah tante," ungkap Kanaya saat ditemui Kompas.com setibanya di Stasiun Tawang, Kamis (14/3/2024) pukul 13.30 WIB.

Mahasiswi Psikologi Unissula ini menceritakan pengalaman pertamanya terjebak banjir. Meski ada asrama pengungsian, mereka memilih pulang lantaran cuaca tak kunjung membaik.

"Listrik mati, air mati. Eggak tahu sampai kapan. Ini pulang kampung gara-gara banjir, takutnya debit airnya makin tinggi kan, takutnya kalau di kos enggak kondusif," ungkap Shita.

Keputusan untuk berjalan menerjang banjir itu diambil karena tidak ada transportasi yang dapat dipergunakan.

Sementara informasi yang didapat, evakuasi dilakukan pukul 01.00 WIB dini hari saat mereka masih tidur di kos.

"Kata temen yang masih di sana, ada kemungkinan tambah tinggi karena hujan rintik-rintik lagi, ini sengaja ngungsi ke rumah karena di sana tempat ngungsinya penuh," lanjut Kanaya.

Akhirnya mereka menerjang banjir bersama. Mulai dari ketinggian sepinggang di depan kosnya, hingga seperut orang dewasa telah dilalui. Air keruh kecoklatan, hingga oli. Lalu air terasa dingin dan panas diterjang bersama.

Mereka sempat menumpang truk di Jalan Kaligawe, tapi terpaksa turun lantaran truk juga tak mampu menampung beban muatan di tengah banjir.

"Jalan utama sampai seperut orang dewasa di Genuk, di depan RSI se-dada orang dewasa. Kami belum sempet numpang sekilo udah turun di jalan karena truknya enggak kuat. Jadi tadi ngalamin air keruh kecoklatan sampe ombak oli," beber Kanaya sembari menertawakan pengalaman itu dengan temannya.

Mereka tiba di stasiun dengan kondisi pakaian basah kuyup dari bagian pinggang hingga kaki. Ketiganya membawa ransel berisi laptop dan pakaian.

Saat ditanya, ternyata mereka berjalan kaki sejak pagi demi memesan kereta di stasiun.

Nahasnya, Stasiun Tawang lumpuh total dan pelayanan keberangkatan dan kedatangan kereta api dialihkan ke Stasiun Poncol. Mereka baru mengetahui hal itu setibanya di Tawang.

Akhirnya mereka beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Poncol. 

"Karena arus banjir besar nutup rel, jadi kereta ke arah timur sementara dibatalkan hari ini, bisanya dari Sasiun Poncol, aku nanti ke Poncol naik kereta jadwalnya sore, udah dapat tiket," tutur Shita.

Sementara Lintang belum memesan tiket menuju kampung halaman di Solo. Namun dia berencana mengambil jadwal kereta Kamis (14/3/2024) pukul 21.00 WIB.

"Nanti di Poncol jadwal keretaku jam 9 malam, mau pulang kampung ke Solo," ujar Lintang.

Untuk diketahui, hujan lebat dan angin kencang selama beberapa hari yang mengguyur Kota Semarang menyebabkan banjir di sejumlah titik.

Akibatnya lalu lintas lumpuh baik jalur kereta maupun kendaraan bermotor. Akvitivas ekonomi di Kota Lama Semarang pun terhambat oleh banjir.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/15/070000378/evakuasi-diri-mahasiswa-unissula-semarang-jalan-kaki-terjang-banjir-selama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke