Salin Artikel

Cerita Warga di Pedalaman Ende, Tak Ada Penerangan Listrik sejak Indonesia Merdeka

Setiap malam warga hanya bisa mengandalkan lampu minyak tanah. Lampu-lampu itu terbuat dari kaleng bekas yang dilengkapi sumbu.

Kaleng itu diisi dengan minyak tanah. Kemudian menunggu beberapa saat sampai minyak tanah naik hingga ke puncak sumbu lalu dinyalakan.

Kondisi ini pun berdampak terhadap para siswa di desa itu.

Kristin (12), seorang siswa Sekolah Dasar (SD) mengaku kesulitan saat belajar malam hari. Setiap kali mengerjakan tugas dan membaca, ia terpaksa mendekat ke sumber cahaya.

Hal tersebut membuatnya tidak nyaman, sebab asap lampu minyak tanah sangat berpengaruh terhadap pernapasan.

“Dari kelas 1 sampai 5, saya belajar pakai lampu minyak tanah. Saya kadang pergi belajar di keluarga yang rumahnya di kota. Di sana ada listrik. Di sana saya bisa belajar dengan nyaman,” ucap Kristin, Sabtu (9/3/2024).

Kristin berharap pemerintah bisa membangun jaringan listrik ke desanya.

Tokoh adat Desa Wolokota, Alkarius M Hari mengungkapkan, sejak Indonesia merdeka, warga desa selalu merindukan listrik. Hanya saja sampai saat ini belum terwujud.

Alkarius berujar, sebagai seorang tokoh adat, dia bersama masyarakat desa bersedia apabila pemerintah membutuhkan lahan atau lokasi yang akan digunakan untuk pembangunan jaringan listrik.

"Kami butuh lampu untuk penerangan. Untuk tempat atau lokasi akan kami beri secara ikhlas. Selama ini, dari Indonesia merdeka, kami menggunakan lampu pelita. Kami mohon dengan sungguh, kalau bisa tahun ini listrik masuk ke desa kami," ucapnya.

Jalan kaki 6 kilometer

Kepala Desa Wolokota, Kecamatan Ndona, Yulius Irenius mengungkapkan, selain lampu pelita, warga desanya memanfaatkan panel surya untuk penerangan malam hari.

Hanya saja penggunaan panel surya sangat terbatas. Bahkan mengisi daya ponsel saja mereka harus berjalan kaki sejauh 6 kilometer ke desa tetangga.

"Jangankan untuk menghidupkan televisi dan kipas angin, untuk charger ponsel kami harus turun ke kota ataupun di desa tetangga yakni Desa Reka, jaraknya 6 kilometer," katanya.

"Warga jalan kaki karena belum ada peningkatan akses jalan untuk kendaraan roda dua maupun roda empat," tambah dia.

Yulius berharap pemerintah hadir melihat secara langsung kondisi yang dialami warganya sehingga apa yang menjadi keluhan masyarakat bisa terjawab.

Respons PLN

Manajer PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) Flores, Albertus Koko mengatakan, petugas lapangan telah melakukan survei perluasan jaringan listrik ke Desa Wolokota.

"Sudah kami lakukan survei perluasan jaringan listrik melalui jalan yang dibangun oleh pemerintah daerah," ujar Albertus.

Meski begitu, Albertus belum bisa memastikan kapan pembangunan jaringan listrik ke desa tersebut dimulai karena dalam proses pengusulan anggaran.

"Untuk realisasinya menyesuaikan dengan persetujuan anggaran," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/09/170355878/cerita-warga-di-pedalaman-ende-tak-ada-penerangan-listrik-sejak-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke