Salin Artikel

Nestapa Petani di Kebumen, 3 Kali Gagal Panen akibat Terendam Banjir

Bagimana tidak, para petani di Kabupaten Kebumen telah menanam 3 kali dan selalu gagal panen akibat banjir.

Ratusan hektar area persawahan di Kecamatan Adimulyo terendam banjir akibat tingginya curah hujan yang terjadi.

Sutimah (45) mengaku, para petani seperti mereka pun mengaku sudah pasrah, lantaran sawahnya selalu terendam banjir ketika hujan lebat turun berhari-hari.

Selain telah mengeluarkan biaya produksi yang tidak sedikit, masa panen pada musim tanam ke satu (MT-1) pada tahun ini juga tinggal satu bulan lagi.

"Sudah pasrah mas, sudah tiga kali tanamnya, buat seratus ubin habisnya saja Rp 800.000 sekali tanam, ini benihnya saja sudah mahal ini, sudah tiga kali beli tanam banjir lagi, mati lagi, tanam lagi, mati lagi. Ini sudah satu bulan lebih mau dua bulan kayak gini, ini sudah mati semua kena banjir," kata Sutimah, saat ditemui di area persawahan yang tergenang banjir, Kamis (7/3/2024).

Sutimah mengaku pasrah karena sudah kehabisan modal, sehingga sawah yang terendam banjir pun dibiarkan begitu saja.

Dirinya pun berharap ada perhatian dari pemerintah lantaran sudah beberapa tahun terakhir setiap kali musim penghujan tiba sawah mereka selalu terendam banjir sehingga sering gagal panen.

"Kalau ini sudah enggak ditanami lagi, pasrah saja kalau panen ya alhamdulillah kalau enggak ya sudah lah, sudah enggak ada benihnya, uangnya juga sudah habis, padi yang di rumah juga sudah habis," ungkap dia.

Kepala Desa Temanggal, Ahmad Mujaki menuturkan, dari 100 hektar area persawah di desa Temanggal, ada lebih dari 30 hektar sawah yang tergenang dan terancam gagal panen.

Mujaki yang juga merupakan Ketua Paguyuban Kepala Desa se-Kecamatan Adimulyo menyebut, tak hanya desanya yang mengalami banjir di area persawahan, namun ada 7 desa lain yang juga mengalami hal serupa.


Ini lantaran tidak bekerjanya saluran irigasi yang seharusnya bisa membuang aliran air sungai di sepanjang area persawahan secara maksimal, sehingga mengakibatkan sawah di sepanjang sungai terendam.

"Ada 7 desa mulai dari Desa Adimulyo, Mangunharjo, Temanggal, Adiluhur, Caruban, Kemujan dan Tegalsari, kalau yang paling parah untuk yang paling lama genanganya dan terluas dampaknya itu Desa Temanggal," terang dia.

Saluran irigasi di 7 desa tesebut menuju satu sungai yaitu Sungai Telomoyo, di mana sungai tersebut saat ini sudah tidak normal karena terjadi pendangkalan dan sedimen yang sudah sangat tinggi.

Sedangka dam parit yang berada di Desa Sugihwaras dan Madureja tidak bisa langsung dibuka ketika debit air sudah berlebih.

Pihaknya pun sudah menyampaikan permasalahan tersebut kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak.

Pihak BBWS pun merespons dengan mengunjungi wilayah-wilayah terdampak untuk dilakukan pemetaan.

Rencananya pihak BBWS ke depan akan melakukan normalisasi Sungai Telomoyo yang sudah terjadi pendangkalan.

"Kami sudah menghubungi pihak BBWS Serayu Opak baik di kantor Sempor mau pun di kantor pusat di Yogyakarta, dan pihak BBWS sudah melakukan monitoring dan kajian di lokasi yang terdampak. Untuk jangka pendek belum ada tapi kalau jangka panjang rencana akan dilakukan normalisasi dan penertiban di bendungan-bendungan yang ada di wilayah Sugihwaras dan Madureja," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/07/152429278/nestapa-petani-di-kebumen-3-kali-gagal-panen-akibat-terendam-banjir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke