Salin Artikel

Perawatan Lebih Mudah, Wayang Fiber dari Ambarawa Diminati Kolektor

Bukan tanpa alasan warga Lingkungan Patoman Kelurahan Kranggan, Kecamatan Ambarawa tersebut, membuat wayang berbahan fiber. Semua berawal di tahun 2020, ketika dia mendapat pesanan dari pembeli asal Jakarta.

"Pembeli tersebut beragama Buddha, dia ingin memesan wayang tapi tidak berbahan kulit makhluk hidup. Saat itu saya mencoba dari kertas, tapi hasilnya kurang maksimal," ungkapnya, Rabu (6/3/2024).

Setelah melakukan serangkaian percobaan dan masukan dari beberapa teman, Kusbiantoro mencoba membuat wayang berbahan fiber.

"Ternyata hasilnya cukup bagus, secara kualitas juga disenangi pembeli atau pemesan wayang," ujarnya.

Meski begitu, dia mengakui setiap bahan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bahan fiber dinilainya lebih tahan cuaca dan perawatan mudah. Sementara kulit, secara kualitas sangat bagus.

Menurutnya, pembuatan wayang fiber juga terhitung mudah. Alatnya pun cukup menggunakan solder yang dimodifikasi sebagai penatah atau alat ukir.

"Untuk pembuatan satu wayang membutuhan waktu kisaran 30 jam hingga 90 jam, tergantung ukuran wayang dan kerumitannya. Kalau ukuran normal sekira 75 sentimeter, dengan bahan fiber ketebalan 0,8 atau 1,2 mili," ucapnya.

Kemudian ditatah atau diukir dengan solder modifikasi hingga membentuk wayang sepenuhnya.

"Kalau sudah jadi, lalu dicat dengan akrilik yang memiliki daya tempel kuat sehingga awet," kata Kusbiantoro.

Harga wayang fiber buatan Kusbiantoro dibanderol dengan harga Rp 260.000 hingga Rp 900.000.

"Harga itu tergantung ukuran dan kerumitannya, karena membutuhkan pengerjaan yang lebih lama. Kalau yang bentuk Gunungan, harga bisa Rp 1 juta untuk ukuran besar," ungkapnya.

Menurutnya, wayang fiber mulai banyak diminati oleh kolektor dari berbagai daerah.

"Alasannya ya itu tadi, dinilai lebih tahan cuaca baik panas atau dingin, serta perawatannya lebih mudah saat dipajang. Paling banyak kolektor dari Jakarta, Magelang, dan Kalimantan, serta beberapa daerah lain," kata Kusbiantoro.

Kusbiantoro mengatakan, dirinya menyukai wayang sejak bersekolah di tingkat SMP. Dia belajar dari kakeknya mengenai seni pedalangan dan pengetahuan terkait tokoh-tokoh pewayangan.

"Lalu saya menekuni dunia lukis dan membuat wayang ini mulanya hanya sampingan, namun ternyata yang sampingan malah jadi yang utama. Sekarang melukis hanya sesekali kalau ada pesanan," ujarnya.

Pembuatan wayang fiber ini, kata Kusbiantoro, juga bertujuan semakin mengenalkan budaya dan kesenian leluhur ke generasi muda. Harapannya, kian banyak yang menggemari wayang dan melestarikannya hingga ke anak-cucu.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/07/084416978/perawatan-lebih-mudah-wayang-fiber-dari-ambarawa-diminati-kolektor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke