Salin Artikel

Kisah Ais, Bocah di Papua Meninggal saat Tunggu Hasil Lab Tanpa Dirawat di RS

Pantauan Kompas.com sekitar pukul 11.30-12.00 WIT, bocah asal Kampung Iri, Distrik Rouffaer, Kabupaten Mamberamo Raya, ini diduga mengalami pembengkakan di leher sehingga ia tak bisa makan dan bicara.

Ais terbaring lemah sambil dipasang infus di tangan kiri, selang pernapasan di hidung dan mulut, guna mengontrol detak jantungnya.

Tiga benjolan besar disertai luka berada tepat di lehernya. Hal ini menyebabkan ia menderita kesakitan, pucat dan kondisi badannya semakin kurus.

Jefry Upataya, keluarga sepupu dari Ais, menjelaskan, penyakit yang diderita Ais ini berawal saat ia memancing di sungai tiba-tiba ada kayu yang menusuk lehernya di bagian kanan.

Kayu ini kemudian dilepas, tetapi luka kecil ini lalu menimbulkan semacam biji klir. Awalnya bengkaknya kecil di leher Ais. Namun karena tidak ditangani segera ke puskesmas dan rumah sakit, maka bengkak yang awalnya kecil kemudian membesar.

Dirujuk ke Kota Jayapura

Hampir setahun, bocah kelahiran 5 April 2019 ini melawan penyakit yang dideritanya. Selain itu, jarak puskesmas dan rumah sakit dari Kampung Iri cukup jauh.

Atas inisiatif keluarga, Ais kemudian dibawa dari Kampung Iri menuju ke Kasonaweja, ibu kota Kabupaten Mamberamo Raya, guna mendapatkan perawatan secara medis di Rumah Sakit Kawera pada 4 Januari 2024.

Jefri mengatakan, setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Kawera, Ais kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abepura, Kota Jayapura pada 9 Januari 2024.

"Kami bawa adik Ais pakai kapal dari Mamberamo Raya ke Kota Jayapura, lalu dirujuk ke RSUD Abepura," bebernya.

Selama berada di RSUD Abepura, kata Jefri, Ais sempat mendapatkan perawatan selama kurang lebih dua minggu, namun kondisinya belum juga membaik.

Ais kemudian diberikan surat pengantar dari RSUD Abepura untuk dilakukan CT scan di Rumah Sakit (RS) Provita, Kota Jayapura. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar CT scan sekitar Rp 3,6 juta.

Selain itu, keluarga juga membayar pemeriksaan darah lengkap di RSUD Abepura Rp 500.000 dan transportasi mobil ambulans Rp 500.000.

Jefri menambahkan, setelah di RSUD Abepura, Ais kemudian dirujuk ke RSUD Jayapura di Dok II, Kota Jayapura pada 19 Februari 2024.

Sesampainya di sana, Ais tidak dirawat inap, hanya diperiksa dan diambil sampel penyakit yang ada di lehernya.

"Setelah itu, kami di suruh pulang. Padahal kondisi ade (Ais) sudah semakin parah," ucapnya.

Meninggal

Sambil menunggu hasil sampel di RSUD Jayapura, Ais dibawa dan menginap sementara di rumah keluarga yang berada di Perumnas 4, Padang Bulan, Distrik Heram, Kota Jayapura.

Karena kondisi kesehatan Ais yang sudah memprihatinkan, sehingga berkat dukungan Persekutuan Gereja-Gereja Papua (PGGP) dan Jurnalis Papua, maka pihak keluarga membawa Ais ke Rumah Sakit (RS) Dian Harapan pada Selasa (27/2/2024) sekitar pukul 11.00 WIT.

Sesampai di RS Dian Harapan, Ais langsung ditangani oleh tim medis dan dirawat inap sambil menunggu hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan sebelumnya di RSUD Jayapura, terkait penyakit yang diderita bocah itu selama setahun.

Kabar tentang Ais sontak viral di media sosial (medsos), sehingga beberapa pihak bersimpati dan mendatangi serta melihat langsung kondisinya pada Selasa (27/2/2024) dan Rabu (28/2/2024).

Adapun pihak yang sempat mengunjungi kondisi Ais dan memberikan bantuan adalah Polda Papua, Kodam XVII/Cenderawasih, Jurnalis Papua, Balai Kemensos RI di Papua, Dinas Kesehatan Provinsi Papua, BPJS dan beberapa pihak lainnya.

Namun sayang, bantuan kesehatan yang sementara akan diterima oleh Ais ini justru tidak bisa menolong nyawanya.

"Sekitar pukul 13.04 WIT, adik Ais mengembuskan nafas terakhir dan meninggal dunia," ujar Jefri dengan raut muka sedih.

Setelah mendengarkan kabar Ais meninggal dunia di RS Dian Harapan, Kompas.com langsung mengecek kebenarannya.

Sesampai di sana, Bocah berusia 4 tahun ini telah dipindahkan ke kamar jenazah untuk dimandikan dan dipakaikan pakaian sebelum dibawa oleh pihak keluarga.

Menurut informasi yang diterima dari pihak keluarga, jenazah Ais akan diterbangkan menggunakan pesawat perintis pada Kamis (1/3/2024) ke Kampung Iri guna dimakamkan di kampung halamannya.

Tanggapan RSUD Abepura dan RS Provita

Direktur RSUD Abepura dr Daisy C Urbinas saat dikonfirmasi wartawan secara terpisah mengatakan, terkait biaya yang diminta pihak RSUD Abepura kepada keluarga pasien bernama Ais Utasad, ia belum mengetahuinya dan akan mengecek langsung ke bidang yang menanganinya.

“Saya di luar kota, saya ada minta keterangan dari bidang terkait,” katanya.

Sementara itu, Direktur RS Provita Kota Jayapura, dr Fansca Titaheluw menyatakan, pasien atas nama Ais Utasad tidak terdaftar sebagai pasien rawat jalan dan rawat inap di RS Provita.

“Pasien (Ais) datang ke RS Provita pada 30 Januari 2024 membawa pengantar dari RSUD Abepura untuk dilakukan pemeriksaan CT scan Cervikal dengan Kontras dengan jaminan umum,” ujarnya.

Biaya pembayaran CT scan, kata dr Fansca, sekitar 3,6 juta. Namun pihak RS Provita bahwa pasien harus membayar meskipun punya BPJS Kesehatan.

“Pasien sudah membawa rujukan dan langsung bayar,” pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2024/02/28/180609878/kisah-ais-bocah-di-papua-meninggal-saat-tunggu-hasil-lab-tanpa-dirawat-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke