Salin Artikel

Senyum Tabah Supriyanto, 10 Ton Gabahnya Busuk Terendam Banjir, Padahal Harga Lagi Bagus

Genap dua pekan, banjir menggenangi pemukiman warga Desa Cangkring Pos, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak.

Meski langit tampak mendung sedari pagi, Supriyanto tetap meminta anaknya untuk membantu meratakan gundukan gabah basah dan berwarna cokelat gelap di pelataran penggilingan padi yang sudah disewanya. 

Dia sengaja menyewa pelataran penggilingan padi karena halaman permukiman masih berlumpur akibat banjir.

Senyum Supriyanto tidak mampu menutupi wajahnya yang lesu, kerut di dahi, dan mata sendunya.

Dua alisnya tampak melengkung ke tengah sewaktu menimang-nimang gabah yang membusuk dan berbau menyengat.

Kata Supriyanto, gabah itu diambil dari sawah miliknya yang terendam banjir. Padahal sebelum bencana itu datang, ia sudah merencanakan untuk panen 3 hari lagi.

"Sudah membusuk, sekitar 15 hari banjir," ujarnya kepada Kompas.com di area penggilingan padi Desa Cangkring Pos, Jumat (23/2/2024).

Ia mengaku memiliki tiga bahu sawah, setiap bidangnya mampu menghasilkan gabah 3,5 ton.

Sedangkan saat ini ia baru bisa menyelamatkan satu bahu sawahnya meskipun sudah membusuk. Untuk memanen satu bahu padi Supriyanto mengeluarkan ongkos Rp 4 juta.

"(Ada 10 ton?), ada," kata Supriyanto

Dia menyebutkan harga gabah saat ini ada yang mencapai Rp 830.000 per kwintal. Sedangkan gabah miliknya yang membusuk sempat ditawar tengkulak Rp 250.000 per kwintal.

Supriyanto hanya bisa pasrah, meskipun gabah membusuk setelah kering nanti bisa diolah lagi.

"Dijual tidak laku, ya terpaksa diproses. Masih bisa tapi ya patah-patah," keluhnya.

https://regional.kompas.com/read/2024/02/23/224354378/senyum-tabah-supriyanto-10-ton-gabahnya-busuk-terendam-banjir-padahal-harga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke