Salin Artikel

Cerita Petugas TPS di Salatiga, Praktiknya Tak Semudah yang Dibayangkan

SALATIGA, KOMPAS.com - Awalnya, Kristianto Prabowo (22) apatis dengan politik. Dia tak peduli dengan segala hiruk pikuk perpolitikan karena merasa malas.

"Ya tidak ada alasan khusus, saya memang tidak senang dengan politik. Melihat orang-orang berebut kekuasaan, lalu debat-debat tanpa ujung," ujarnya, Jumat (16/2/2024).

Idealismenya itu didukung teman-teman sekomunitas yang semuanya tidak senang dengan politik. Dia pun sempat bertekad tidak menggunakan hak pilih dalam pesta demokrasi tersebut.

Namun saat ada pengumuman perekrutan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dia berusaha mendaftar. Penasaran.

"Namun ternyata, saya terlambat mendaftar," terangnya.

Kemudian, ada pendaftaran Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS). Dia lalu mendaftar dan melengkapi syarat-syarat yang dibutuhkan.

"Ternyata saat pengumuman, saya diterima. Ada wawancara juga mengenai pengetahuan soal pemilu, untung saya sudah belajar," kata Kris.

Setelah melalui serangkaian proses, Kris dan PTPS lainnya mendapat pelatihan. Termasuk mengenai tugas-tugas sebagai PTPS.

"Saat itu, saya yakin bisa menjalankan tugas dengan baik, apalagi alur dan cara-cara penyelesaian jika ada masalah juga jelas," ujarnya.

Tiba hari pemungutan suara pada Rabu (14/2/2024), Kris datang ke TPS 14 Kalicacing Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga pukul 06.00 WIB.

"Ternyata, tak semudah yang dibayangkan. Kita semua bekerja sampai Kamis (15/2/2024) pukul 05.15 WIB, hampir 24 jam," kata Kris.

"Molor lama karena KPPS tidak teliti saat penghitungan, sehingga harus dihitung ulang. Namun itu terjadi karena tentu sudah lelah, konsentrasi turun. Secara umum semua berjalan lancar dan baik, aman," paparnya.

Kris mengatakan, meski awalnya tidak senang dengan politik, namun dengan menjadi PTPS, secara tidak langsung dia belajar proses demokrasi di Indonesia.

"Senang juga, pemilu berjalan lancar dan baik, paling penting adalah masyarakat damai dan rukun. Kembali bekerja dan berkarya di bidang masing-masing," ungkapnya.

Menurut Kris, jika ada perhelatan politik lagi, tidak menutup kemungkinan dirinya akan kembali mendaftar menjadi penyelenggara pemilu.

"Daftar lagi, bisa di PTPS atau KPPS, seru juga ternyata. Bisa kenal orang baru, dan yang pasti, meski kecil, saya ingin berkontribusi untuk Indonesia," ucapnya.

Pengalaman pertama menjadi penyelenggara pemilu juga dirasakan Nur Ahmad Kurniawan. Sebagai Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dia bertugas di TPS 19 Grogol Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

"Saya menyadari kalau akan bertugas sampai malam, bahkan dini hari. Ternyata benar, proses penghitungan selesai pukul 03.00 WIB, terus tanda tangan salinan berkas, sampai pukul 04.30 WIB," kata dia.

Ahmad mengungkapkan, karena mengetahui akan bertugas dalam jangka waktu lama, dia pun memersiapkan kondisi fisiknya.

"Makan jangan telat, agar tidak tumbang saat bertugas, alhamdulillah sehat semua," ujarnya.

"Senang juga menjadi petugas KPPS, apalagi semua berjalan lancar tanpa kendala. Kalau soal besok jadi petugas lagi, kita lihat dulu ke depannya, terpenting sudah tahu gambaran tugasnya," kata Ahmad.

https://regional.kompas.com/read/2024/02/16/183357278/cerita-petugas-tps-di-salatiga-praktiknya-tak-semudah-yang-dibayangkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke