Salin Artikel

Potret Keunikan Pemilu di Berbagai Daerah, dari TPS Unik, Tinta Kunyit, hingga Sistem Noken

KOMPAS.com - Pemilu merupakan sebuah pesta demokrasi yang dirayakan oleh seluruh rakyat di penjuru Indonesia.

Kemeriahan Pemilu juga dirasakan di berbagai daerah, bahkan diantaranya juga menyimpan cerita yang cukup menarik.

Hal ini karena ditemukan beberapa keunikan dalam pelaksanaan Pemilu yang tidak ditemukan di daerah lainnya.

Selain menjadi ciri khas, hal ini juga sengaja dilakukan untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam menentukan pemimpin negara dan wakil rakyat untuk lima tahun kedepan.

Dirangkum Kompas.com dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa keunikan pada pelaksanaan Pemilu di beberapa daerah di Indonesia.

Keberadaan TPS unik ini tidak semata untuk memeriahkan lokasi pemilihan, namun juga untuk menarik masyarakat agar datang dan menggunakan hak pilihnya.

Sederet TPS unik juga berhasil menyita perhatian pada pelaksanaan Pemilu 2024, tidak hanya bagi pemilih namun juga media Internasional.

Dilansir dari laman Antara, pemberitaan media Timur Tengah Al Jazeera bahkan mengulas keunikan sebuah TPS 026 di Desa Peguyangan Kangin, Denpasar, Bali yang dihias dengan tema Hari Valentine.

TPS ini memberikan kesan unik pada penyelenggaraan Pemilu 2024 yang dihelat pada 14 Februari 2024 atau bertepatan dengan Hari Kasih Sayang.

Kesan unik dan menarik juga bisa ditemukan pada penyelenggaraan Pemilu, salah satunya terkait dengan tradisi dan budaya setempat.

Beberapa petugas TPS ada yang sengaja menggunakan pakaian adat sebagai seragam ketika melaksanakan tugasnya.

Selain menarik antusiasme pemilih, hal ini juga dilakukan untuk melestarikan warisan budaya yang ada di daerahnya.

Dilansir dari laman Antara, petugas TPS 021 Kota Karang, Kota Bandar Lampung sengaja menggunakan baju bodo bagi petugas perempuan dan songkok recca bagi petugas laki-laki pada pelaksanaan Pemilu 2024.

Selidik punya selidik, ternyata hal ini mereka lakukan karena sebagian besar warga di daerah tersebut merupakan keturunan Bugis yang tinggal di perantauan.

Selain bertujuan memperkenalkan adat orang Bugis, penggunaan pakaian adat ini dimaksudkan agar mereka tidak lupa dengan kampung halaman.

Berbagai cara dilakukan oleh petugas TPS untuk meningkatkan partisipasi pemilih, salah satunya dengan memberi hadiah dan doorprize.

TPS 026 Denpasar, Bali yang mengusung tema Hari Valentine memanjakan pemilih dengan memberikan apresiasi berupa cokelat dan wafer cokelat kepada 100 pemilih pertama dari total 280 jumlah pemilih terdaftar, sementara sisanya mendapatkan permen.

Yang lebih menarik adalah pemberian doorprize yang dilakukan di TPS 002 di Desa Kedungdowo, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Di TPS ini, warga bisa mendapat undian sepeda gunung atau 20 doorprize bagi 20 orang pemilih pertama yang telah disediakan.

Bhabinkamtibmas Briptu Fandi dan Babinsa Sertu Agus berinovasi bersama KPPS sengaja menyiapkan hadiah bagi warga yang datang ke TPS untuk memberikan suara pada Pemilu 2024.

Hal unik lainnya ada pada penggunaan tinta pemilu yang memberi tanda bagi seseorang yang telah memberikan hak suaranya.

Setiap pemilih yang telah menggunakan hak suaranya di TPS akan diwajibkan untuk mencelupkan jarinya ke dalam tinta khusus yang telah dipersiapkan.

Tinta pemilu yang disediakan oleh KPU biasanya akan berwarna biru tua atau ungu tua.

Namun pada TPS yang ada Kampung Benda Kerep, Kelurahan Argasunya, Kota Cirebon, Jawa Barat ada tradisi unik yaitu menggunakan tinta kunyit sebagai tinta pemilu.

Dilansir dari laman Antara, Penggunaan tinta kunyit ini merupakan sebuah kearifan lokal dan memang telah disediakan khusus oleh KPU Kota Cirebon.

Hal ini untuk mengakomodir tradisi lokal, di mana warga percaya kalau tinta kunyit ini tidak menghalangi air wudhu.

Pada Pemilu 2024, lokasi pemungutan suara yang memakai tinta kunyit ada di TPS 65, TPS 66, dan TPS 75 dengan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) lebih dari 600 orang.

Pelaksanaan Pemilu di Indonesia juga mengenal metode khusus, salah satunya sistem noken yang diterapkan di Papua.

Noken sendiri merujuk pada tas anyaman khas Papua yang terbuat dari serat kayu yang digunakan sebagai pengganti kotak suara atau melambangkan calon tertentu.

Dilansir dari laman Bawaslu Kota Malang, sistem Noken ini berkaitan langsung dengan cara tradisional dimana keputusan pemilihan dipercayakan kepada tangan ketua atau pemimpin suku.

Sistem noken sendiri pertama kali dilaksanakan pada 2004, di 16 kabupaten di Provinsi Papua.

Penggunaan sistem noken dalam Pemilu dan Pilkada di Papua kemudian diatur melalui putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 47-81/PHPU.AVII/2019.

Sebelumnya, kebijakan penggunaan noken sebagai tempat suara diatur dalam aturan KPU Papua Nomor 1 tahun 2013 serta putusan MK Nomor 01/Kpts/KPU Prov.03/2013.

Terdapat dua cara dalam pelaksanaan sistem noken, yaitu sistem noken big man dan noken gantung.

Sistem noken big man merujuk pada cara pemungutan suara yang dilakukan dari hasil kesepakatan bersama masyarakat yang diwakili oleh kepala suku, dengan cara mengisi semua surat suara dengan diwakilkan.

Sementara, sistem noken gantung merujuk dari cara pemungutan suara yang dilakukan di TPS dan kemudian dimasukan ke dalam noken.

Sumber:
antaranews.com 
antaranews.com  
antaranews.co  
humas.polri.go.id  
antaranews.com  
malangkota.bawaslu.go.id  

https://regional.kompas.com/read/2024/02/15/061300878/potret-keunikan-pemilu-di-berbagai-daerah-dari-tps-unik-tinta-kunyit-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke