Salin Artikel

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Jika pada tahun 2022 terdapat tujuh kasus kematian dari total 1.897 kasus, tahun 2023 menjadi empat kasus kematian dari total 2.195 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Balikpapan dr Andi Sri Juliarty mengungkapkan hal itu saat media briefing, Rabu (24/1/2024).

Menurut Andi per Januari 2024, kasus DBD yang terkonfrimasi positif sebanyak 28 kasus.

"Tidak ada fatalitas (kematian), karena semuanya bisa ditangani dengan baik," ujar Andi.

Kendati demikian, pihaknya tetap akan terus menggencarkan berbagai upaya pencegahan dan pengobatan. Termasuk pemberian vaksin DBD di sejumlah wilayah, khususnya di Kecamatan Balikpapan Utara, dan Balikpapan Tengah.

"Vaksinasi DBD adalah satu inovasi pencegahan dan penanggulangan kasus DBD yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang dibiayai dengan APBD," imbuh Andi.

Vaksinasi DBD di Balikpapan merupakan proyek percontohan atau pilot project di Indonesia yang diberikan secara gratis oleh pemerintah sebanyak 9.800 dosis.

Adapun kelompok sasaran vaksin DBD ini adalah anak-anak usia sekolah dengan rentang 5 tahun hingga 14 tahun yang hingga saat ini merupakan kelompok tertinggi.

Pelaksanaan vaksin DBD ini diberikan kepada anak sekolah lantaran komunitas dan habitat dari nyamuk aedes aegypt ini aktif menggigit sejak pagi sampai sore hari.

"Sementara waktu tersebut menjadi aktivitas anak-anak kita berada di sekolah. Maka sasaran dalam vaksinasi DBD ini di sekolah, yang sudah ditunjuk sebagai tempat untuk penyuntikan dan tenaga kesehatan yang datang ke sekolah," ucapnya.

Terlebih, Balikpapan menjadi yang paling tinggi dengan prevalensi kesakitan dan kematian yang diakibatkan virus DBD.

"Sehingga perlu dilakukan vaksinasi untuk meningkatkan imunitas kekebalan, terkait dengan virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti," tuturnya.

Vaksin Dengue (Qdenga) merupakan vaksin dengue tetravalent yang mengandung virus hidup yang dilemahkan berdasarkan seluruh serotipe dengue. Berbentuk serbuk injeksi dan pelarut.

Vaksinasi DBD ini dilakukan dalam dua tahap injeksi pada dua waktu yaitu dosis pertama pada bulan 0 dan dosis kedua pada bulan 3.

Secara umum, kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau efek samping yang didapatkan pada pelaksanaan vaksin ini, adalah ringan.

Misalnya, siswa mengalami seperti keluhan demam, nyeri bekas suntikan dan bengkak. Jadi secara umum KIPI yang terjadi pada vaksin ini ringan.

"Di Balikpapan ini terjadi pergeseran sejak tiga tahun lalu. Balikpapan Utara terbanyak, disusul Balikpapan tengah. Vaksinasi hingga saat ini sudah berjalan 60 persen," jelas Andi.

Selain pemberian vaksin, Dinas Kesehatan Kota Balikpapan juga melakukan upaya pencegahan dengan fokus pada penurunan angka jentik nyamuk.

Saat ini capaian penurunan jentik nyamuk di Balikpapan 80, masih di bawah target Nasional 95.

"Oleh karena itu, kami masih menjalankan pemberian abate dan juga melaksanakan fogging," cetus Andi.

Namun demikian, khusus pelaksanaan fogging harus sesuai standard operational procedure (SOP). Jika ditemukan pasien terkonfirmasi positif DBD, bisa melaporkan segera ke puskesmas.

Nanti puskesmas melakukan penyelidikan epidemologi (PE) pasien, dan jika ditemukan jentik di rumah pasien atau  rumah lain dalam radius 100 meter maka ditindaklanjutkan dengan fogging.

Sebaliknya, jika tidak ditemukan, pasien mungkin tergigit nyamuk di wilayah lain, maka fogging akan dilakukan di wilayah tersebut. Di sekolah, misalnya, sebagai lokasi aktivitas pasien terkonfirmasi positif DBD.

"Mengapa kita harus melakukan fogging jika di rumah tidak ada jentik nyamuk. Kita lanjutkan PE ke sekolah, fogging bisa berdampak negatif jika tidak tepat sasaran. Untuk itu dibutuhkan komunikasi antar pemangku kepentingan," tuntas Andi.

https://regional.kompas.com/read/2024/01/24/16130541/kasus-kematian-akibat-dbd-di-balikpapan-turun-vaksinasi-tembus-60-persen

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke