Salin Artikel

Gurihnya Ungkrung Ulat Jati, Kuliner Ekstrem yang Muncul Setiap Awal Musim Hujan

KOMPAS.com - Siapa sangka jika awal musim hujan adalah waktu yang tepat untuk berburu salah satu kuliner ekstrem yaitu ungkrung.

Ungkrung atau ungker adalah sebutan warga setempat bagi metamorfosis ulat jati yang tengah menjadi kepompong.

Walau terbilang tidak lazim, justru bagi beberapa orang kemunculan ulat jati dan ungkrung sangat ditunggu untuk diolah menjadi santapan lezat.

Ulat jati sendiri merupakan hama tahunan yang menyerang bagian daun sehingga beresiko membuat pohon yang masih muda mengering bahkan mati.

Memang fenomena kemunculan ulat jati yang bergelantungan di pohon di sepanjang jalan kerap dikeluhkan wisatawan dan warga yang melintas.

Walau tidak menyebabkan iritasi atau gatal di kulit, akan tetapi air liur ulat jati ini dapat meninggalkan noda pada pakaian yang cukup susah untuk dibersihkan.

Namun bagi warga setempat, justru momen munculnya ulat jati ini sangat ditunggu dan akan dimanfaatkan untuk berburu.

Alih-alih dilihat sebagai hama, munculnya ulat jati dan ungkrung ternyata menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat di daerah Tuban, Gunungkidul, Bojonegoro, Rembang, Jepara, dan Blora.

Jika ulat jati ditemukan bergelantungan di pohon, maka ungkrung bisa ditemukan di bawah daun-daun jati yang berguguran.

Ungkrung ini berbentuk lonjong dengan berbagai warna ada yang berwarna merah dan oranye berukuran sekelingking bayi.

Biasanya warga akan mulai berburu sejak pagi hari, saat ulat jati yang akan menjad ungkrung ini akan turun ke tanah.

Untuk mengumpulkannya juga sangat mudah dan tidak diperlukan alat khusus, cukup dengan membawa wadah untuk mengumpulkan ulat jati dan ungkrung yang didapatkan.

Ulat jati dan ungkrung yang telah dikumpulkan warga ada yang dijual atau dibawa pulang untuk diolah menjadi santapan yang lezat.

Cara mengolahnya juga tidak sulit dan hanya membutuhkan bumbu yang sangat sederhana.

Ulat jati dan ungkrung yang telah dibersihkan biasanya akan direbus terlebih dahulu.

Setelahnya ulat jati dan ungkrung hanya perlu digoreng dengan bumbu bawang putih, garam, dan penyedap rasa.

Selain itu, ulat jati dan ungkrung juga dapat diolah menjadi oseng-oseng, lodeh, balado, keripik, atau rica-rica.

Rasa ulat jati dan ungkrung ini cukup gurih, sehingga kerap dinikmati sebagai lauk pendamping saat sarapan.

Walau begitu, bagi yang baru pertama kali mencicipi olahan ulat jati dan ungkrung dianjurkan tidak memakan terlalu banyak.

Hal ini karena olahan ulat jati dan ungkrung ini dapat menimbulkan reaksi alergi bagi beberapa orang, yaitu gatal-gatal.

Meski ulat jati dan ungkrung kerap disebut sebagai kuliner ekstrem, ternyata makanan ini memiliki kandungan protein yang tinggi.

Hal ini seperti dijelaskan oleh Kepala bidang tanaman pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Raharjo Yuwono.

"Serangga seperti ungkrung menjadi pakan alternatif untuk mengatasi kekurangan gizi karena ungkrung mengandung protein tinggi," katanya.

Menurut Raharja, serangga jenis ini bukan hama karena muncul pada saat musim semi dan bertahun-tahun tidak ada masalah atau gangguan sebagai akibat dari ulat tersebut.

Raharja juga menjelaskan metamorfosis yang dialami ungkrung yang berawal dari telur, larva, pupa, hingga imago yang berwujud kupu-kupu berwarna kuning.

"Rupanya itulah yang disebut ungkrung oleh masyarakat Gunungkidul, Selain di pohon jati, ulat dan ungkrung juga berada di pohon trembesi yakni di daerah Kecamatan Semanu dan Rongkop. Jika dikonsumsi rasanya lebih enak,” ucapnya.

Saat ini, ungkrung menjadi salah satu kuliner yang mulai langka terutama karena kemunculannya sangat tergantung musim. Bahkan tidak setiap musim ungkrung akan mudah ditemukan.

Sumber:
esabanjarejo.gunungkidulkab.go.id
jogja.tribunnews.com 
regional.kompas.com (Markus Yuwono, Aprillia Ika)

https://regional.kompas.com/read/2024/01/20/195121478/gurihnya-ungkrung-ulat-jati-kuliner-ekstrem-yang-muncul-setiap-awal-musim

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke