Salin Artikel

Kasus Polio Kembali Muncul di Indonesia, Begini Cara Penyebarannya

SEMARANG, KOMPAS.com- Kasus Polio kembali muncul di Indonesia setelah sempat mendapat Sertifikat Bebas Polio pada tahun 2014 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kemunculan polio tersebut ditandai oleh laporan tiga anak di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis/ AFP) yang disebabkan oleh Virus Polio Tipe 2.

Tak heran, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menggelar Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio serentak di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman Yogyakarta sejak 15 Januari 2024 lalu.

Pakar epidemiologi dari Universitas Negeri Semarang (UNNES), Prof. Dr. dr. Mahalul Azam, M.Kes mengatakan, kasus polio yang muncul di Indonesia perlu ditangani sesegera mungkin.

Azam mengatakan, virus polio dapat menyebar dengan beberapa cara.

Pasalnya, penyakit yang menular melalui virus Polio ini dapat berdampak terhadap perkembangan maupun kondisi tubuh anak-anak.

"Memang terkadang Polio ini menyerang anak-anak. Dampaknya bisa jadi kecacatan atau kelumpuhan secara permanen, bahkan kematian. Dan sampai sekarang belum atau tidak ada obatnya," ucap Azam kepada KOMPAS.com, Kamis (18/1/2024).

Dirinya menyebut, virus Poliomyelitis ini dapat menyebar melalui beberapa medium.

Di antaranya, melalui pencernaan, percikan air ludah, makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi kotoran, atau percikan yang mengandung virus polio, hingga paparan kotoran pengidap polio.

Dengan demikian, kampanye terkait polio memang harus digalakkan agar kasus Polio tidak banyak menyebar di Indonesia.

"Makanya kampanye vaksinasi terkait polio harus masif dilakukan, dan masyarakat harus menerima," ucap Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UNNES itu.

Mitos soal vaksinasi

Hingga saat ini, imbuh Azam, masih banyak mitos vaksinasi yang menghantui masyarakat.

Seperti penyebutan 'haram', hingga efek samping vaksinasi yang menimbulkan dampak buruk bagi tubuh.

"Mungkin harus ada pemahaman yang komprehensif. Jadi mitos-mitos yang beredar perlu dimetralkan. Mitos kedua, mungkin karena ada efek samping. Padahal, efek samping vaksin polio kan masih minim sekali, karena tidak pakai suntikan juga," ucap dia.

Kendati demikian, Azam menyebut, vaksinasi memiliki banyak manfaat yang baik kesehatan tubuh.

Di antaranya, sebagai perlindungan tubuh dari penyakit, dan juga memiliki kandungan yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

"Secara komunitas, kalau semua orang percaya 100 persen dengan vaksinasi Polio, maka akan ada perubahan. Jika satu komunitas percaya, maka negara itu kebal semua terhadap polio," tutur dia.

Azam mengimbau kepada masyarakat Indonesia agar dapat mematuhi anjuran atau peraturan yang dirancang oleh pemerintah, khususnya Sub PIN Polio yang telah diterapkan Kemenkes.

Sehingga, penyebaran virus Polio bisa terhenti dan tidak ada korban lanjutan.

"Prinsipnya kita semua sebagai warga masyarakat harus mengikuti program yang sudah diputuskan pemerintah, semoga masyarakat bisa antusias mensukseskan program Sub PIN Polio itu kepada anak-anaknya," pungkas Azam.

https://regional.kompas.com/read/2024/01/18/193213778/kasus-polio-kembali-muncul-di-indonesia-begini-cara-penyebarannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke