Salin Artikel

Jokowi Akui Sulit Lepas Ketergantungan Impor Beras, Ini Penyebabnya

BANYUMAS, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui Indonesia sulit melepas ketergantungan dari impor beras.

Pasalnya, target jumlah produksi beras dalam negeri tidak tercapai. Selain itu, setiap tahun jumlah penduduk juga terus meningkat.

Hal itu disampaikan Jokowi dalam acara pembinaan petani se-Jateng di GOR Satria Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jateng, Selasa (2/1/2023).

"Kami ingin tidak impor beras lagi, tapi praktiknya sangat sulit karena produksi tidak tercapai, karena setiap tahun bertambah yang diberi makan," kata Jokowi.

Jokowi menyebut, setiap tahun rata-rata jumlah kelahiran bayi mencapai 4 sampai 4,5 juta. Di lain sisi, negara yang memiliki persediaan beras dengan jumlah banyak enggan menjualnya.

"Semua butuh makan, penduduk Indonesia yang berjumlah 280 juta semuanya butuh beras," kata Jokowi.

"Negara yang punya beras enggak mau dibeli, dipakai untuk cadangan strategis rakyatnya sendiri. Kita juga sama harus berproduksi, kalau berlebih kita pakai untuk cadangan," imbuhnya.

Kendati demikian, impor komoditi jagung imbuhnya, dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami penurunan. Sebagian besar kebutuhan jagung bisa dipenuhi petani dalam negeri.

"Tahun 2015 impor jagung 3,8 juta ton, sekarang tinggal 800.000. Produksi jagung sudah ada 3 juta ton yang dihasilkan para petani, (produksinya) padinya yang perlu dikejar," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2024/01/02/185436878/jokowi-akui-sulit-lepas-ketergantungan-impor-beras-ini-penyebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke