Salin Artikel

Cerita Davis, Remaja 17 Tahun Asal Kupang Penemu Spesies Serangga Ranting Baru

“Kita ambil dan saya tanya ke teman saya Mas Garda, dan setelah kita coba mengidentifikasi dan membandingkan, akhirnya kami menyimpulkan bahwa ini adalah spesies baru,“ kata Davis kepada BBC News Indonesia.

Saat itu, Davis baru duduk di bangku SMA dan memulai kembali hobinya mengumpulkan serangga. Sebuah hobi yang sudah ia geluti sejak SD.

Dua tahun setelah penemuannya, serangga itu diberi nama Nesiophasma sobesonbaii dan nama Davis tertera dalam jurnal publikasi internasional Faunitaxys bersama dengan peneliti serangga Garda Bagus Damastra dan peneliti asal Jerman Frank Hennemann.

Nesiophasma sobesonbaii adalah sebuah spesies serangga ranting dengan ukuran tubuh betinanya mencapai 20 cm hingga 35 cm. Serangga itu merupakan jenis Nesiophasma pertama yang terdokumentasi dari wilayah Timor.

“Itu semakin membuka mata saya bahwa keanekaragaman serangga di sekitar saya ini masih sangat tinggi yang belum terungkap,“ ujar Davis.

Ia berharap penemuan spesies serangga ranting baru ini dapat membuka mata masyarakat agar semakin peduli dengan keberadaan alam dan makhluk hidup yang ada di sekitar dan penting untuk mencari tahu lebih dalam tentang mereka.

Profesor bidang Zoologi dan peneliti serangga, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rosichon Ubaidillah, mengatakan bahwa eksplorasi dan dokumentasi spesies serangga khususnya di daerah Indonesia Timur masih sangat kurang.

“Yang banyak hanya Jawa, Sumatera, Kalimantan dan sebagainya, yang ke Timor itu masih sedikit sekali. NTT Maluku sampai Papua masih kurang sekali,“ kata Rosichon.

Dalam setahun terakhir, ia mengatakan penemuan spesies baru di Indonesia tidak sampai 30 spesies. Padahal seharusnya bisa dalam kisaran 200 hingga 300 spesies baru.

“Di akhir pekan, saya dengan bapak saya pergi ke luar kota ke hutan lindung. Itu saya masuk untuk explore lebih dalam, dan biasanya saya bertemu cukup banyak serangga dan beberapa serangga yang saya temukan itu kebetulan baru juga,” ujar Davis.

Jika ia menemukan yang berpotensi menjadi spesies baru, ia akan menangkapnya dengan tangan dan memindahkannya ke dalam boks untuk dibawa pulang dan dipelihara.

Tak jauh dari rumah Davis, terdapat sebuah lahan hijau yang dipenuhi dengan kandang-kandang besar berisi beraneka ragam serangga yang ia temui saat berpergian ke hutan-hutan lindung dan taman sekitar.

“Kalau yang di rumah sekarang ada sekitar enam ekor [serangga]. Itu dari serangga ranting dan satu ekor kumbang,“ jelasnya.

Untuk serangga yang mati, Davis biasa mengawetkannya di kulkas sebelum disimpan dalam koleksinya. Saat ini, ia memiliki 20 jenis serangga yang berhasil ia awetkan.

Davis mengaku dirinya sudah menyukai serangga sejak kecil.

Rasa penasarannya terhadap hewan-hewan kecil itu mulai terpantik saat menonton video-video dari sebuah channel YouTube yang bernama Insect Haus.

“Dari kecil itu setiap hari saya ke kebun tetangga untuk cari serangga. Karena bagi saya mereka sangat-sangat unik. Bentuknya unik sekali, tidak ditemukan pada hewan-hewan lain,” kata Davis.

Ia bahkan memulai channel YouTube-nya sendiri di mana ia mengunggah konten pencarian serangga dan observasinya. Dari situlah ia menemukan teman sebaya yang tinggal di Tangerang dan juga menyukai serangga.

“Itu kami pertama kenalnya dari YouTube. Karena dulu kami suka membuat konten tentang serangga lalu dia kasih saran, coba kita bikin komunitas serangga,” lanjut Davis.

Davis dan temannya kemudian membentuk grup komunitas pecinta serangga pada 2020 yang ia beri nama Insect Junior Indonesia.

Komunitas yang ia bentuk sebagai wadah pegiat serangga yang sebaya dengannya berkumpul dan berbagi pengalaman kini telah bertumbuh menjadi komunitas dengan 276 anggota yang terdiri dari remaja maupun dewasa dari berbagai negara.

“Sebenarnya untuk Indonesia, tapi ada beberapa orang dari luar negeri yang ikut bergabung. Ada dari Malaysia, terus ada dari Polandia dan negara lain,” katanya.

Davis merasa senang bisa menemukan banyak orang di luar daerahnya yang memiliki entusiasme dan keinginan yang sama untuk meneliti serangga. Namun, ia berharap akan ada lebih banyak orang muda yang mendalami minat itu.

“Karena di NTT sendiri saja, [anak muda] yang suka serangga mungkin hanya saya. Jadi tidak ada orang yang meneliti lebih dalam tentang spesies-spesies ini.

“Giliran saya publikasi spesies ini [Nesiophasma sobesonbaii], banyak yang bilang 'ah ini di kampung saya banyak,' Tapi mereka tidak pernah meneliti lebih dalam,” katanya.

Raja Sobe Sonabai III adalah raja ke-15 dari dinasti Sonbai, sekaligus raja terakhir Pulau Timor.

Ia dikenal sebagai satu-satunya Raja Timor yang sampai akhir hayatnya tidak pernah menandatangani perjanjian takluk kepada Belanda.

“Karena beliau merupakan pejuang dari Timor dan juga saya dengar beliau ini sedang berusaha diangkat oleh warga Timor untuk menjadi pahlawan nasional,” kata Garda kepada BBC News Indonesia.

Ia dan Davis menghabiskan waktu dua tahun untuk mengamati dan meneliti spesies Nesiophasma sobesonbaii, mulai dari telur hingga menetas menjadi nympha dan dewasa.

Garda menjelaskan bahwa yang membuat serangga ranting itu unik adalah ukurannya yang berbeda dengan serangga ranting lain, serta bentuk alat kelamin jantan yang berbeda dari lainnya.

“Sebelumnya memang dia sudah ada dari dulu, tapi belum ada yang memperhatikan dan belum ada yang mendeskripsikan dan mempublikasikannya agar diketahui oleh dunia internasional seperti itu sebetulnya,” ujar Garda.

Karena di Indonesia pun, sambungnya, belum ada ahli yang meneliti khusus tentang Phasmatodea alias serangga ranting. Sehingga, Garda dan Davis bekerja sama dengan peneliti serangga asal Jerman, Frank H. Hennemann.

Frank, yang memang berfokus pada penelitian serangga ranting, mengatakan bahwa penemuan spesies serangga ranting baru menunjukkan bahwa masih banyak spesies baru di luar sana yang belum terdokumentasi atau masuk cakupan dunia internasional.

“Penemuan spesies hewan yang sebelumnya tidak diketahui sangatlah penting bagi pengetahuan dan pemahaman kita tentang alam serta melindungi keanekaragaman hayati planet kita yang semakin terancam,” kata Frank dalam pesan surel kepada BBC News Indonesia.

Menurut Frank, alasan mengapa serangga ranting tersebut belum pernah ditemukan sebelumnya – meski cukup lumrah di tengah masyarakat lokal – adalah kurangnya pendataan serangga ranting di wilayah Timor dan tidak adanya ahli yang meneliti khusus di bidang taksonomi serangga ranting.

“Hanya sedikit sekali pengumpulan serangga ranting yang dilakukan di Pulau Timor. Sejauh ini hanya satu spesies raksasa lainnya (Euricnema versirubra yang terkenal berwarna-warni dan bersayap) yang diketahui berasal dari Timor,” ujar Frank.

Dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia, Frank berharap akan ada lebih banyak penelitian dan dokumentasi yang dilakukan, khususnya di daerah Nusa Tenggara Timur.

“Orang kita sendiri kurang peka dengan kekayaan alam yang ada di sekitar kita. Mereka anggap 'ah ini mah apa, hewan biasa. tidak penting.' Padahal sangat banyak spesies baru di NTT yang belum pernah didokumentasikan sebelumnya,” ujar Davis.

Ia merasa prihatin karena sikap masyarakat Indonesia yang cenderung memandang serangga sebagai hama atau makhluk yang membawa kesialan sehingga harus dimusnahkan. Padahal, mereka sangat berharga dan patut diteliti lebih lanjut.

“Mereka sudah didoktrin dari kecil oleh orangtua mereka, kalau serangga ranting ini bisa menyebabkan kematian. Padahal sebenarnya tidak.”

Peneliti dan pemerhati serangga, Garda Bagus Damastra, mengatakan dokumentasi untuk serangga ranting memang sangat kurang jika dibandingkan dengan jenis serangga yang lebih populer seperti capung atau kupu-kupu.

“Karena tidak ada ahli yang spesialis di bidang tersebut dari pemerintah kita dan untuk di bidang serangga sendiri, phasmatodea-nya ini kurang banyak peminatnya jadi kurang sekalipun pendokumentasiannya,” kata Garda.

Ia memperkirakan ada sekitar ratusan hingga ribuan spesies serangga yang belum terdokumentasi di Indonesia. Namun, mereka perlu ditemukan dan diteliti terlebih dahulu.

“Karena di kingdom animalia ini, serangga memiliki jumlah anggota yang paling banyak. Apalagi indonesia adalah salah satu negara tropis dengan biodiversitas terbesar,” sebutnya.

Profesor bidang Zoologi dan peneliti serangga dari BRIN, Rosichon Ubaidillah, mengatakan bahwa ia mengapresiasi temuan Davis dan Garda. Namun, ia menyayangkan penelitian tersebut tidak menggandeng peneliti dari Indonesia.

“Saya tidak komplain terhadap penemuan spesies baru dari serangga ranting, tapi saya menyayangkan orang Indonesia diam saja. Terutama saya mendorong yang muda untuk mengambil alih.

“Bagaimana Indonesia bisa mandiri untuk melakukan riset sendiri dan pemerintah juga harus bisa memperhatikan keinginan-keinginan pemuda ini,” kata Rosichon.

Ia mengatakan bahwa spesimen tersebut sebaiknya disimpan di Indonesia, bukan di laboratorium luar negeri, agar dapat diteliti oleh saintis dalam negeri.

“Sangat di sayangkan kalau holotype dan paratatype tidak di simpan di Indonesia. Sehingga kalau nanti generasi berikutnya menemukan spesies baru yang dekat dengan phasmatodea dari NTT, itu harus dibandingkan dengan spesimen holotype yang disimpan di Kanada,” katanya.

Meski begitu, Garda mengeklaim bahwa ia sudah mendonasikan spesimen paratype dari serangga ranting baru temuannya ke BRIN.

BBC Indonesia sudah coba mengonformasi penerimaan spesimen paratype tersebut dengan teknisi laboratorium entomologi BRIN, Sarino. Namun, hingga berita ini diterbitkan, yang bersangkutan belum memberikan konfirmasi.

Davis berharap penemuan serangga ranting tersebut dapat menyadarkan masyarakat lain tentang pentingnya peduli terhadap serangga dan hewan-hewan lain tentang yang hidup di sekitar kita.

“Bahkan serangga yang sering dianggap remeh pun penting untuk kita lihat atau pelajari karena Indonesia ini masih sangat jarang penelitian seperti itu, sehingga potensi spesies barunya masih sangat tinggi,” ungkap Davis.

https://regional.kompas.com/read/2023/12/31/054500778/cerita-davis-remaja-17-tahun-asal-kupang-penemu-spesies-serangga-ranting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke