Salin Artikel

Pengamat Undip: Pertarungan Politik PDI-P Vs Keluarga Jokowi Bikin Elektabilitas Ganjar-Mahfud Merosot

SEMARANG, KOMPAS.com - Pengamat Politik Universitas Diponegoro (Undip), Muchamad Yulianto menilai adanya pertarungan mesin politik PDI-P melawan keluarga Presiden Jokowi yang berdampak pada merosotnya survei elektabilitas pasangan calon (paslon) Ganjar-Mahfud dalam Survei Litbang Kompas.

"Khusus di Jateng sesungguhanya adalah pertarungan mesin politik PDI-P melawan keluarga Jokowi. Ternyata Jokowi makin ke sini makin memperoleh simpati di masyarakat Jateng. Membuat suara anaknya (Gibran Rakabuming Raka) makin kuat," tutur Yuli melalui sambungan telepon, Rabu (13/12/2023).

Untuk diketahui, survei Litbang Kompas mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran menempati posisi pertama sebesar 39,3 persen. Kedua, paslon Anies-Muhaimin sebanyak 16,7 persen. Lalu di posisi terakhir Ganjar-Mahfud di angka 15,3 persen.

Yuli mengatakan, sikap PDI-P yang seakan menyerang Jokowi membuat sikap simpatisan Jokowi yang sempat mendukung Ganjar akhirnya berubah dan beralih mendukung kubu Prabowo.

"Ada perasaan janggal, iba, tidak terima dari pendukung Jokowi yang selama ini memilih Ganjar. Sehingga dia bermigrasi ke Prabowo. Itu efek negatif bagi PDI-P," tandasnya.

Pihaknya menyebut, situasi politik yang terjadi saat ini merupakan efek politik belas kasihan.

Pasalnya, menurutnya, Jokowi dilihat sebagai representasi orang Jateng yang berhasil memimpin RI.

"Karena masyarakat Jateng itu kalau (Jokowi) dikuyo-kuyo (direndahkan) itu malah dapat simpati. Jadi kalau Jokowi diserang, di Jateng malah makin kuat, itu efek politik belas kasihan," bebernya.

Sementara itu, Pengamat Politik Undip lainnya, Wahid Abdulrahman menilai anjloknya nilai Ganjar-Mahfud dalam survei itu disebabkan mesin politik PDI-P di Jateng yang belum bekerja sepenuhnya untuk paslon tersebut.

"Kalau kita melihat basis pemilih di Indonesia itu terkonsentrasi di Jawa, apalagi Jateng sering disebut kandang banteng itu menunjukkan mesin politik PDI-P belum berjalan maksimal untuk Pak Ganjar," ungkap Wahid.

Menurut Wahid, mestinya paslon nomor urut 3 itu bisa mencapai 28 persen dengan latar belakang sejumlah partai politik yang mendukungnya.

"Ternyata PDI-P belum solid, mesinnya belum begitu masimal untuk Pak Ganjar. Apalagi PPP, Hanura yang ada di bawah kubunya Ganjar-Mahfud harusnya di angka 28 persen," jelasnya.

Pihaknya menyebut sejauh kampanye berlangsung, dukungan parpol yang tergabung dalam koalisi belum maksimal.

"Ada ketidaklinearan antara dukungan partai dengan dukungan terhadap pilpres. Ada semacam keterbelahan antara dukungan partai dengan dukungan terhadap capres," tandasnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/12/13/122436978/pengamat-undip-pertarungan-politik-pdi-p-vs-keluarga-jokowi-bikin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke