Salin Artikel

Mengenal Kota Bitung yang Berjuluk Kota Cakalang

KOMPAS.com - Kota Bitung adalah sebuah kota kecil yang terletak di bagian timur laut Provinsi Sulawesi Utara.

Kota Bitung terletak kurang lebih 44 kilometer dari Kota Manado, ibu kota Sulawesi Utara.

Nama Kota Bitung diambil dari nama pohon bitung (hivia hospital), tumbuhan tropis yang dalam bahasa Sangihe disebut tariang.

Pohon bitung juga sempat mendapat predikat sebagai pohon perdamaian, yang diberikan oleh Presiden Soeharto pada saat perayaan Hari Lingkungan Hidup tahun 1986.

Alasan nama Bitung diberikan kepada kota kecil ini karena di sepanjang pantainya banyak ditumbuhi pohon bitung.

Sejarah Kota Bitung

Dilansir dari laman bitungkota.go.id, sejarah Kota Bitung berawal pada sekitar akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19.

Sebelum menjadi pemukiman, pantai-pantai di Bitung merupakan tempat berteduh dan persinggahan nelayan.

Kian hari, kian ramai nelayan yang datang ketempat ini sehingga lama-kelamaan menjadi sebuah pemukiman.

Berawal dari sebuah perkampungan nelayan, tempat ini kemudian berkembang menjadi Desa Bitung.

Semula penduduk Desa Bitung berasal dari etnis Minahasa (sub-etnis Tonsea khususnya) dan Sangihe-Talaud. Namun kemudian datang juga penduduk yang berasal dari etnis Maluku Utara, Mongondow, dan beberapa etnis lainnya.

Sebagai sebuah desa, Bitung berada di bawah onderdstrik (kecamatan) Kauditan merupakan bagian dari distrik Tonsea.

Desa Bitung pertama kali dipimpin oleh hukum tua (kepala desa) Arkelaus Sompotan dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun.

Di bawah kepemimpinan Arkelaus Sompotan, penduduk Bitung terus bertambah dan penganut agama pun beragam.

Mayoritas penduduk Desa Bitung saat itu beragama Kristen kemudian menyusul penganut Islam.

Desa Bitung resmi diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai sebuah negeri pada 1 Januari 1918, dengan beleid pengesahan yang baru dikeluarkan pada 1 Januari 1928.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tepatnya pada 1 Juli 1947, status Bitung berubah menjadi sebuah distrik bawahan (onderdistrik) yang terpisah dari distrik bawahan Tonsea.

Kemudian, status Bitung ditetapkan menjadi kecamatan pada tahun 1964 melalui SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Utara Nomor 244 Tahun 1964.

Kecamatan Bitung kemudian diresmikan sebagai Kota Administratif pertama di Indonesia pada 10 April 1975 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1975.

Saat itu, wali kota administratif pertama yang menjabat di Kota Administratif Bitung adalah Wempi A. Worang.

Pemerintah Indonesia kemudian menetapkan Kota Administratif Bitung menjadi Kota Madya pada tanggal 10 Oktober 1990 melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1990.

Profil Kota Bitung

Dilansir dari data BPS, Kota Bitung yang memiliki luas 313,51 kilometer meliputi 2,26 persen dari wilayah Provinsi Sulawesi Utara.

Berdasarkan letak geografisnya, Kota Bitung terletak di daratan pulau Sulawesi dan sebagian lagi adalah daerah kepulauan yaitu Pulau Lembeh.

Secara astronomis, Kota Bitung terletak antara 1°23’23” - 1°35’39” Lintang Utara dan 125°1’43” - 125°18’13” Bujur Timur.

Menurut posisi geografisnya, batas-batas wilayah Kota Bitung yaitu:

  • sebelah utara: berbatasan dengan Kecamatan Likupang (Kabupaten Minahasa Utara) dan Laut Maluku
  • sebelah barat: berbatasan Kecamatan Kauditan (Kabupaten Minahasa Utara)
  • sebelah timur: berbatasan dengan Laut Maluku
  • sebelah selatan: berbatasan dengan Laut Maluku.

Wilayah Kota Bitung terbagi menjadi delapan Kecamatan, dengan enam kecamatan terletak di Pulau Sulawesi (Kecamatan Madidir, Matuari, Girian, Aertembaga, Maesa, dan Ranowulu) dan dua kecamatan terletak di Pulau Lembeh (Kecamatan Lembeh Selatan dan Lembeh Utara).

Julukan Kota Cakalang

Kota Bitung memiliki ikon berupa Tugu Cakalang yang menggambarkan julukannya sebagai Kota Cakalang.

Julukan Kota Cakalang didapat karena selama ini Kota Bitung dikenal sebagai penghasil ikan cakalang terbesar di Indonesia.

Dilansir dari laman tribunmanadotravel.tribunnews.com, salah satu keunggulan Kota Bitung adalah kekayaan hasil ikan lautnya.

Salah satu produk oleh-oleh yang kerap diburu wisatawan adalah berbagai kuliner yang merupakan hasil olahan ikan laut.

Menu kuliner khas Bitung antara lain ikan cakalang fufu yang diolah dengan cara digepe.

ikan cakalang fufu ini diproses dengan cara dibersihkan, dibelah menjadi dua kemudian ditusuk dengan bambu di bagian tengahnya.

Menu olahan ikan khas Bitung yang juga tidak kalah populer adalah ikan kerapu atau lebih dikenal dengan ikan Woku belanga.

Upacara Adat Tulude

Dilansir dari laman Antara, Upacara adat Tulude adalah gelaran tahunan yang dilakukan setiap tanggal 31 Januari oleh Pemerintah Kota Bitung.

Upacara adat ini menjadi momen untuk mengucapkan syukur di awal tahun yang baru dan menutup lembaran tahun yang lama.

Dalam perkembangannya, waktu pelaksanaan upacara adat ini boleh bergeser tetapi makna utama tidak berubah.

Upacara adat Tulude adalah kegiatan upacara pengucapan syukur kepada Mawu Ruata Ghenggona Langi (Tuhan yang Mahakuasa) atas berkatNya kepada umat manusia selama setahun yang lalu dan meminta berkat untuk kehidupan tahun yang berjalan.

Pada upacara adat Tulude akan disajikan pertunjukkan Tarian Gunde dan pemotongan kue tamo sebagai penanda puncak acara.

Kue tamo yang berbentuk kerucut dan terbuat dari beras, umbi-umbian, gula serta minyak kelapa dan pada ujungnya ditancapkan sebutir telur.

Budayawan Sangir, Alffian Walukow menjelaskan bahwa kue tamo melambangkan kehidupan baru.

Bagian terpenting dalam pembuatan kue tamo adalah ritual ‘memoto tamo’. Proses memotong tamo dibarengi dengan penyampaian sasalamate yang dinamakan sasalamate tamo.

Isi dari sasalamate tamo adalah berkisah tentang tamo itu sendiri dan pesan atau nasehat tentang kebaikan untuk banyak orang.

Tulude menjadi warisan dari leluhur masyarakat Nusa Utara (kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro) di ujung utara Provinsi Sulawesi Utara, yang telah diwariskan berabad-abad oleh masyarakat etnis Sangihe dan Talaud.

Dalam perayaan ini, semua elemen masyarakat Bitung dari berbagai suku, agama dan ras merayakannya bersama-sama setiap tahun.

Sumber:
bitungkota.go.id
bitungkota.bps.go.id
tribunmanadotravel.tribunnews.com 
manado.antaranews.com

https://regional.kompas.com/read/2023/11/26/201739978/mengenal-kota-bitung-yang-berjuluk-kota-cakalang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke