Salin Artikel

Cerita Prajurit TNI di Perbatasan Jadi "Primadona" Warga Papua Nugini, Beri Pengobatan Gratis 24 Jam

Sebab, keberadaan prajurit yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Republik Indonesia-Papua Nugini ini sering memberikan pelayanan pengobatan gratis.

Pelayanan tersebut tidak hanya diberikan bagi warga Kampung Mosso, tetapi juga warga Kampung Wutung yang masuk wilayah Papua Nugini.

Komandan Pos Komando Utana Skouw dari Yonif 122/Tombak Sakti Letda (Ckm) Muhammad Hasan Abduh Pohan (38) mengatakan, warga yang meminta pengobatan didominasi oleh warga Kampung Wutung.

Selama empat bulan bertugas di perbatasan, Pohan mencatat setidaknya sudah 1.000 lebih warga Kampung Wutung yang memilih berobat ke markasnya.

"Sampai-sampai stok obat yang seharusnya untuk 12 bulan, ini sudah menipis, padahal baru empat bulan bertugas di sini," kata Pohan kepada Kompas.com saat ditemui di markasnya di Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Jumat (17/11/2023) sore.

Pohan mengatakan, warga Kampung Wutung lebih memilih berobat ke markasnya lantaran jarak menuju tempat pelayanan kesehatan di distrik mereka terlampau jauh.

Untuk mencapai pos pelayanan kesehatan terdekat, warga Kampung Wutung membutuhkan waktu tempuh sekitar satu jam lebih.

Waktu tempuh tersebut nyaris setara dengan perjalanan darat dari Kampung Mosso menuju Kota Jayapura, begitu sebaliknya.

Sementara jarak Kampung Wutung menuju Markas Satgas Pamtas kurang lebih 600 meter atau hanya butuh waktu 15 menit saja.

Tak ayal, warga Kampung Wutung pun lebih memilih berobat ke Markas Satgas Pamtas dibanding pergi ke pos pelayanan kesehatan di wilayahnya.

Kondisi inilah yang membuat prajurit TNI Angkatan Darat akhirnya menjadi primadona bagi mereka.

"Kami beri gratis. (Tapi) sebagian orang memberikan dalam bentuk barang, misal cabai, gelas cendera mata. Kalau uang enggak pernah ada yang kasih," ujar Pohan.

Penyakit yang ditangani oleh Satgas Pamtas pun berbagai macam jenisnya. Mulai dari malaria, batuk, flu, dan juga luka kaki akibat terkena sabetan parang.

"Kebanyakan selama ini malaria, karena di sini masih banyak," kata Pohan.

Pohan menambahkan, pemberian pelayanan kesehatan ini merupakan bagian dari aksi sosial Satgas Pamtas untuk bisa menjalin hubungan yang baik dengan warga sekitar.

Selain pelayanan kesehatan, Satgas Pamtas juga melakukan aksi sosial lainnya seperti kerja bakti hingga membuat taman bermain yang berlokasi di lapangan Markas Satgas Pamtas.

*Perjalanan reporter Kompas.com, Achmad Nasrudin Yahya ke Satgas Pamtas Republik Indonesia-Papua Nugini ini merupakan kolaborasi bersama BNPP. Selain PLBN Wini, ada pula perjalanan ke lima PLBN lain, yakni Hadi Maulana di PLBN Serasan, Xena Olivia di PLBN Jagoi Babang, Ahmad Dzulfikor di PLBN Sei Nyamuk, Sigiranus Maruto Bere di PLBN Napan, dan Baharudin Al Farisi ke PLBN Wini. Ikuti cerita perjalanan kami dalam lipsus Merah Putih di Perbatasan.

https://regional.kompas.com/read/2023/11/18/050300278/cerita-prajurit-tni-di-perbatasan-jadi-primadona-warga-papua-nugini-beri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke