Salin Artikel

Menari dan Gelar Ritual Adat di Depan Patung Jokowi, Warga NTT Minta Gibran Jangan Dipaksakan Jadi Cawapres

Sejak pagi, warga berduyun ke Bukit Sunu, untuk menyampaikan doa dan harapan di depan patung Presiden Jokowi setinggi 3,5 Meter dan berat 700 kilogram.

Patung itu diarak bersama masyarakat sejauh 2,5 kilometer menuju puncak dengan ketinggian 1.074 meter di atas permukaan laut pada 10 November 2021 lalu.

Saat itu, ribuan orang menarik patung dari kaki bukit hingga melewati bibir jurang. Patung tersebut merupakan penghargaan warga setempat untuk Jokowi.

Di padang di atas Gunung Sunu, puluhan warga menggelar tarian bonet mengitari patung Jokowi.

Tarian melingkar dengan gerak ritmis itu merupakan tanda kebersamaan yang tak boleh putus.

Bagi warga Desa Sunu, Jokowi adalah salah seorang Presiden yang menyentuh kehidupan mereka secara nyata.

Di saat yang sama mereka merasa prihatin dengan kondisi terakhir yang membuat mereka sangat resah dan prihatin.

Ritual mendoakan Jokowi

Panglima Perang Suku Benu, Nithanel Benu, menyatakan, Jokowi bagi warga adalah figur pemimpin yang istimewa.

Namun, di saat yang sama mereka juga sudah resah dengan kondisi terkini.

"Ritual ini dilakukan agar apa yang sudah baik dilakukan Jokowi, tidak rusak di akhir masa jabatan," ujar Benu, kepada wartawan.

Warga Desa Sunu lanjut dia, melihat ada potensi Presiden Jokowi sebagai negarawan dirusak di ujung akhir masa jabatan dengan ngototnya banyak pihak mencalonkan putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden.

“Jokowi adalah bapak bangsa dan sebagai bapak pangsa dia harus menjadi bapak untuk semua, dan bukan hanya untuk keluarganya,” Nithanel Benu, yang juga mantan kepala Desa Sunu periode lalu.

Ia menitip doa dan harapan agar Presiden Jokowi diberikan kekuatan untuk merawat persatuan Indonesia.

“Kami berharap agar Presiden Jokowi menjadi Bapak untuk kita semua, termasuk untuk kami di Timor sini, memang kami tidak bisa pergi ke Istana untuk menyampaikan pesan kami, tapi bagi kami doa yang kami panjatkan di depan patung Presiden Jokowi ini, sama dengan kehadiran kami bertemu dengan beliau, sebagai tanda kecintaan kami,” tuturnya.

Menurut Benu, Jokowi itu orang baik, jangan sampai dirusak dengan mendorong pencalonan anaknya menjadi wakil presiden, seperti buah yang belum masak, jangan dipaksa.

"Biarkan Gibran matang secara alami. Buah yang enak dimakan masak alami dari pohon, butuh proses," kata Benu.

Gibran sebut dia, adalah kader potensial untuk negara Indonesia di masa depan, tetapi jangan dipaksakan.

"Biarkan dia berproses dan menjadi matang dengan sendirinya, karena ke depan Indonesia akan membutuhkan Gibran," ujarnya lagi.

kepala Desa Sunu Yakob Kase, mengaku, dia dan masyarakatnya menyayangi Gibran, sehingga jangan dipaksakan untuk menjadi calon wakil presiden.

"Jangan sampai, dengan pencalonan Gibran, merusak nama baik Pak Jokowi, jangan sampai merusakan ketokohan beliau," ungkapnya.

Yakob mengaku, setiap hari ia bersama warga Desa Sunu bersama-sama selalu mengikuti berita politik nasional lewat televisi bersama para warga.

Ia sendiri menolak keinginan berbagai pihak yang ingin menjerumuskan Jokowi dengan memaksakan Gibran menjadi calon wakil presiden.

"Lewat ritual adat bersama di depan patung Presiden Jokowi, para warga Desa Benu berharap Presiden Jokowi dapat tetap menjadi bapak untuk semua, dan bukan hanya untuk sekelompok orang, atau keluarga saja," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/10/22/193647978/menari-dan-gelar-ritual-adat-di-depan-patung-jokowi-warga-ntt-minta-gibran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke