Salin Artikel

Mengenal Sape, Alat Musik Kalimantan Barat

KOMPAS.com - Sape berasal dari Kalimantan Barat. Sape adalah alat musik tradisional suku Dayak Kayaan di wilayah Sungai Mendalam, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Sape dalam bahasa suku Dayak lokal artinya memetik dengan jari.

Nama Sape merupakan penyebutan dari suku Dayak Kayaan dan suku Dayak Kenyah. Suku Dayak lainnya menyebut dengan nama Sempe, Sampe, dan Kecapai.

Sape

Asal-usul Sape

Konon dalam mitologi Dayak Kayaan, Sape Kenyah diciptakan oleh seorang yang terdampar di Karangan (pulau terkecil di tengah sungai).

Pada saat itu, sampannya karam (tenggelam) di terjang riam atau ombak.

Orang yang belum diketahui identitasnya hingga kini tersebut bersama temannya menyusuri sungai, lalu perahunya mengalami karam.

Mereka karam karena tidak mampu menyelamatkan perahunya dari riam. Salah satu orang berhasil menyelematkan diri ke Karangan, sedangkan sisanya meninggal terbawa arus.

Saat tertidur, antara sadar dan tidak sadar, orang yang selamat tadi mendengar alunan suara alat musik petik yang terdengar indah dari dasar sungai.

Semakin mendengar suara tersebut, rasanya semakin dekat dengan jarak sumber musik yang membuatnya penasaran.

Pengalaman tersebut bagaikan mendapat ilham dari nenek moyang.

Pulang ke rumah, orang tersebut berupaya membuat alat musik dan memainkan lirik lagu yang didengarnya saat di Karangan.

Sejak saat itu, Sape mulai dimainkan dan menjadi alat musik tradisional suku Dayak Kenyah.

Tangga Nada Sape

Alat musik Sape terdiri dari dua jenis, yaitu Sape Kayaan adalah sape yang ditemukan oleh orang Kayaan.

Ciri alat musik Sape Kayaan mempunyai empat tangga nada, berbadan lebar, bertangkai kecil, panjang sekitar satu meter, dan mempunyai dua senar atau tali dari bahan plastik.

Alat musik Sape lainnya adalah Sape Kenyah atau yang ditemukan oleh orang Kenyah.

Ciri Sape Kenyah adalah berbadan kecil memanjang, pada bagian ujung berbentuk kecil dengan panjang sekitar 1,5 meter, mempunyai tangga nada 11 - 12, dan talinya berasal dari senar gitar atau dawai halus tiga sampai lima untai.

Sape Kenyah adalah Sape yang populer karena irama dan bunyi lantunannya dapat membawa pendengar ke awang-awang.

Dahulu saat malam mulai tiba, secara perlahan anak muda akan mulai memainkannya.

Pola permainan Sape biasanya mengulang-ulang beberapa birama. Keindahan alunan Sape yang muncul pada birama pertama dapat muncul kembali pada birama kesepuluh dan seterusnya.

Sape biasanya dimainkan di Rumah Panjang atau Rumah Bentang (rumah komunal masyarakat Dayak).

Alunananya membuat para penghuni rumah bentang akan tertidur pulas saat menikmati suaranya.

Cara Memainkan Sape

Sape adalah alat musik petik. Bentuk Sape mirip gitar namun cara permainannya berbeda.

Perbedaaannya terletak pada posisi grip dan tidak ada lubangnya untuk menggaungkan bunyi petikan senar. Sumber bunyi hanya berasal dari senar.

Alat musik Sape biasanya dimainkan dengan mengikuti perasaan pemain atau pemetiknya.

Tradisi masyarakat suku Dayak yang dekat dengan alam menjadikan alunan Sape mengikuti suasana alam sekitarnya.

Cara memainkan Sape awalnya menyelaraskan senar-senar Sape dengan perasaan pemetiknya.

Hal tersebut dilakukan, karena Sape adalah alat musik yang berfungsi untuk menyampaikan perasaan.

Karena itu, hasil stem dari senar-senar tersebut akan berbeda. Suara senar yang dihasilkan berupa nada-nada dasar.

Supaya nada-nadanya selaras perlu dilakukan dengan memindahkan ndon. Cara tersebut membuat Sape dapat dimainkan sesuai dengan nada lagu yang diinginkan.

Jika pemain ingin memainkan lagu lain maka dia perlu menyelaraskan ndon sesuai keinginan permain.

Caranya dengan memetik menggunakan kedua jemari tangan, baik tangan kiri maupun tangan kanan. Lagu yang dimainkan sesuai dengan perasaan pemetik.

Fungsi Sape

Sape dimainkan untuk mengiringi tari-tarian adat dan upacara ritual suku Dayak lainnya.

Hingga saat ini, kepercayaan tuah Sape masih diyakini oleh sesepuh masyarakat Dayak. Misalnya, pada saat Sape dimainkan dalan suatu upacara adat.

Seluruh orang akan terdiam saat mendengarkan petikan Sape, kemudian lantunan doa atau mantra yang dibacakan bersama akan terdengar sayup-sayup.

Dalam suasana tersebut, tidak jarang beberapa di antaranya akan kerasukan roh halus atau roh leluhur.

Sape juga berfungsi sebagai alat musik untuk menyatakan perasaan sayang, gembira, kerinduan, dan duka nestapa.

Dahulu, permainan alat musik Sape memiliki makna yang berbeda saat dimainkan pada siang dan malam hari.

Permainan Sape pada siang hari akan menghasilkan bunyi yang menyatakan perasaan gembira dan suka ria, sedangkan pada malam hari akan menghasilkan irama yang sedih, syahdu, dan sendu.

Pada masa moderen seperti saat ini, Sape tidak lagi dimainkan seorang diri.

Alat musik ini juga dapat dipadukan dengan alat musik moderen lainnya, seperti gitar, orgen, dan drum.

Fungsi Sape tidak sekedar mengungkap perasaan namun juga sebagai pendamping musik moderen.

Bahan Sape

Sape dibuat sesuai dengan tradisi dan nilai-nilai budaya suku Dayak, yaitu Sape dibuat menyerupai perahu dan diukir dengan motif khas suku Dayak.

Dawai yang digunakan awalnya terbuat dari rotan atau ijuk pohon aren. Dalam perkembangan zaman, dawai Sape diganti menggunakan kawat rem sepeda atau senar gitar.

Bagian dasar Sape terbuat dari rotan dan sebagai penempel grid Sape menggunakan sarang kelulut (sarang lebah kecil).

Sumber:

indonesia.go.id

warisanbudaya.kemdikbud.go.id

https://regional.kompas.com/read/2023/10/02/183835678/mengenal-sape-alat-musik-kalimantan-barat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke