Salin Artikel

Kisah Dokter Chandra, Anak Kampung Pedalaman Jambi yang Jadi Tim Dokter Kepresidenan

Sampai sekarang masih ada jejak kelebatan hutan, meskipun di kanan kiri jalan sudah didominasi perkebunan sawit dan karet.

Wilayah Kecamatan Air Hitam juga menjadi benteng terakhir bagi ribuan masyarakat adat Orang Rimba yang tinggal di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD).

“Saya memang dari kampung, tapi disiplin dan kerja keras membawa saya menjadi tim dokter kepresidenan,” kata dokter Chandra melalui sambungan telepon, Rabu (27/9/2023).

Ia mengatakan, pertemuan dirinya dengan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menjadikan Chandra, satu-satunya tim dokter pribadi wakil presiden dari sipil yang biasanya ditempati dokter dari TNI-Polri.

Ketika Wapres JK melakukan medical check-up di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Chandra dipercaya oleh atasannya untuk menangani JK.

“Saya dipercaya oleh Pak JK untuk menjadi dokter tim kesehatan Pak JK. Kemudian lanjut, saya masuk TIM dokter kepresidenan dan menjadi dokter pribadi beliau (Wapres JK) ketika beliau terpilih kembali bersama Pak Jokowi, ” kata Chandra.

Saat masuk tim dokter kepresidenan, Chandra bertugas selama tiga tahun, 2015-2018, untuk memastikan kesehatan Wapres JK.

“Selama tiga tahun itu saya mendampingi Pak JK kunjungan kerja ke berbagai daerah sampai ke luar negeri. Jadi cukup dekat dengan Pak JK,” kata lelaki yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua PMI DKI Jakarta itu.

Selama bergaul dengan JK, Chandra senantiasa mendapat masukan agar tetap memprioritaskan pendidikan.

Pada 2022, dia dapat merampungkan pendidikan dokter spesialis ilmu anestesiologi dan terapi intensif di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung.

Meskipun tak banyak terlibat obrolan secara mendalam dengan JK, Chandra banyak belajar hidup dengan JK terkait kedisiplinan, pemahaman agama, ekonomi, entrepreunership, dan politik.

Tidak hanya itu, Chandra juga belajar tentang bagaimana bisa berdampak bagi kehidupan orang lain.

Sehingga, ketika bergabung di PMI DKI Jakarta, Chandra memperbanyak spot-spot untuk tranfusi darah, seperti unit donor darah di Jakarta Barat, Timur, Selatan, dan Kepulauan Seribu.

Tugas-tugas rutin ketika menjadi dokter kepresidenan adalah menjaga riwayat kesehatan dari JK sehingga tubuhnya tetap stabil di tengah aktivitas yang padat.

Pendidikan kunci perubahan

Tidak ada orang yang beruntung di dunia. Keberuntungan hanya datang pada orang yang bekerja keras dan bertemu dengan waktu yang tepat. Ungkapan itu agaknya sesuai dengan dokter Chandra.

Sebagai anak kampung, Chandra tidak pernah terpikir menjadi dokter yang bertugas khusus menjaga kesehatan orang penting di Indonesia.

Berangkat dari keluarga sederhana, ia dituntut orangtuanya untuk disiplin dan bekerja keras agar kesuksesan menghampiri hidup.

“Saya ketika kuliah berbeda dengan orang lain. Meskipun orangtua pegawai negeri, tapi saya kuliah itu naik angkutan umum. Fasilitas sangat terbatas, pas-pasan untuk biaya kuliah,” kata Chandra.

Setelah pendidikan Chandra masuk tahap koas, orangtuanya baru memberikan sepeda motor bekas seharga Rp 3,5 juta. Maka, usai kuliah kedokteran di Universitas Malahayati Lampung, dia langsung bekerja.

Orangtuanya meminta Chandra berkontribusi terhadap warga Jambi. Maka, usai kuliah, dia bekerja di RS Kambang, Kota Jambi. Tak lama bekerja, dia lolos sebagai dokter di RS Eka Hospital yang terafiliasi dengan Grup Sinarmas.

Meskipun gajinya terbilang tinggi, orangtua terus membujuk Chandra untuk mendaftar sebagai pegawai negeri, dengan harapan akan banyak membantu orang lain ketika bekerja.

Maka, pada 2009, dia ikut tes pegawai negeri sehingga masuk sebagai dokter di RSCM. Ketika bekerja di tempat inilah, dia bertemu dengan Wapres JK.

Rindu kampung

Untuk saat ini, Chandra masih mengabdi sebagai dokter di RSUP Fatmawati. Jauh di lubuk hatinya, dia menginginkan kehidupan damai di kampung halaman. Namun, keinginan itu masih belum bisa terwujud.

Desa Lubuk Kepayang, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, adalah kampung halaman. Selalu membangkitkan kenangan tentang almarhum ayahnya.

HM Yusri Jalil, sang ayah, ketika pemekaran Kabupaten Sarolangun pada 1999 dipercaya sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

Masih minim fasilitas perkantoran dan belum ada pembangunan. Bahkan, ayahnya tidak memiliki rumah dinas, setiap hari ayahnya bekerja bolak-balik Air Hitam-Sarolangun.

“Waktu tempuhnya bisa 1-2 jam. Apalagi kalau jalannya jelek. Jadi subuh itu ayah sudah berangkat ke kantor,” kenang Chandra.

Selain itu, kakek Chandra, Abdul Jalil adalah pasirah di masa kemerdekaan. Sedangkan bapak dari kakeknya atau buyut Chandra itu juga pasirah di Air Hitam bernama Muhammad Djimin.

https://regional.kompas.com/read/2023/09/28/114921178/kisah-dokter-chandra-anak-kampung-pedalaman-jambi-yang-jadi-tim-dokter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke