Salin Artikel

Populasi Komodo Memprihatinkan, Hanya 350 Betina yang Produktif

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Sekitar 4.000 hingga 5.000 spesies komodo hidup di sejumlah wilayah di Pulau Flores dan kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

General Manager (GM) Taman Safari Bogor, Emeraldo Parengkuan, mengungkapkan, populasi terbanyak berada di Pulau Komodo sebanyak 1.700 ekor, disusul Pulau Rinca 1.300, Gili Motang 100 ekor, Gili Dasami 100 ekor, dan Pulau Flores sekitar 2.000 ekor.

Kendati demikian, ada keprihatinan mengenai populasi satwa endemik itu. Sebab, diperkirakan dari jumlah itu hanya tinggal 350 ekor betina yang produktif dan dapat berbiak.

Atas kondisi itu, lanjut dia, pada 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman Nasional Komido untuk melindungi populasi dan ekosistem di beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca, dan Padar.

Belakangan ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu pelestarian komodo.

"Kami tidak henti-hentinya menggalang dukungan dari semua pihak, khususnya pemerintahan dan masyarakat baik di Indonesia mau pun masyarakat Internasional serta kalangan-kalangan intelektual untuk turut menjaga dan melestarikan satwa Komodo," kata Emeraldo usai melepasliarkan 6 Komodo di Cagara Alam Wae Wuul Labuan Bajo, Sabtu (23/9/2023).

Ia mengatakan, 6 ekor satwa Komodo yang dilepasliarkan itu merupakan hasil pengembangbiakan yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT dengan menggandeng lembaga konservasi Taman Safari Bogor dengan sokongan program konservasi PT Smelting.

Direktur Taman Safari Indonesia (TSI), Jansen Manansang, menegaskan komitmen Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor untuk menjaga kelestarian satwa Komodo, karena merupakan salah satu satwa yang dilindungi undang-undang.

Berbagai langkah konservasi dan habituasi telah dilakukan dengan sangat serius agar populasinya tetap terjaga.

"Ini kita lakukan agar anak cucu kita bisa melihat Komodo sampai kelak nanti," ungkap Jansen.

Ia pun mengajak masyarakat Indonesia, khususnya NTT, turut menjaga dan mencintai Komodo yang merupakan kekayaan intelektual bangsa Indonesia. Keberadaan UU yang telah mengatur pelestarian Komodo juga harus diimplementasikan dengan baik.

Sementara itu, EVP Direktur PT Smelting, Ryuichi Hasegawa, megungkapkan komitmen PT Smelting untuk terus berkontribusi dalam berbagai program konservasi lingkungan hidup, baik satwa mau pun kehidupan alam lainnya.

Menurut dia, itu bukan kali pertama pihaknya bekerja sama dengan Lembaga Konservasi Taman Safari Indonesia untuk perlindungan satwa endemik Indonesia yang terancam punah.

Sebelumnya mereka telah sukses melakukan konservasi pengembangbiakan dan pelepasan Elang Jawa ke habitat aslinya pada Januari tahun 2023.

"Kami harap ini menjadi role model bagi perusahaan lain untuk melakukan hal sama bagi penyelamatan flora dan fauna endemik Indonesia yang terancam punah," imbuh dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/09/25/154944578/populasi-komodo-memprihatinkan-hanya-350-betina-yang-produktif

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke