Salin Artikel

Sulit Cari Ikan karena Ditimbun Reklamasi, Umar Pindah "Live" TikTok demi Cuan

LAMPUNG, KOMPAS.com - Pria berkulit legam terbakar matahari itu tidak pernah menyangka hal yang dianggapnya remeh justru selalu dinanti pegila mancing di berbagai belahan benua.

Saat melakukan siaran langsung di akun TikTok @traditionalfishing1 dan membahas soal cacing laut, banyak netizen melihatnya.

Pria bernama asli Umar Wazid ini sejak kecil tinggal di perairan dangkal Pantai Karang Jaya, Bandar Lampung sehingga dia tahu betul seluk-beluk dan bagaimana mencari cacing laut.

"Live di TikTok ya kebanyakan cara mencari cacing laut ini," kata Umar saat ditemui, Minggu (24/9/2023).

Bagi bapak berusia 35 tahun ini, mencari cacing laut hanya pekerjaan sampingan jika hasil dari memancing atau menjala ikan minim.

"Tapi lumayanlah, Bang. Cacing laut ini banyak dicari juga sama pemancing dan tambak," kata dia.

Dia mengaku cukup lihai mencari cacing laut, mulai dari mengidentifikasi lubang hingga cara menangkapnya.

Malahan, di kalangan nelayan di Kampung Karang Jaya, dia lebih dikenal dengan julukan "Umar Cacing".

Cari cuan di live TikTok

Kini, mencari cacing laut tidak lagi sekadar aktivitas yang remeh sejak perairan di sekitar tempat tinggalnya ditimbun reklamasi.

Seluruh pengetahuan cara mencari cacing laut yang ia dapatkan dari pengalaman dikemas menjadi tutorial di media sosial.

Akun TikTok-nya kini sudah memiliki pengikut mencapai 38.000 akun sejak dibuat tiga bulan lalu.

Dalam sekali siaran langsung, jumlah penonton bisa mencapai 5.000 orang.

"Alhamdulillah, Bang. Dari sekadar iseng bikin live (TikTok), ternyata banyak yang nonton," kata Umar.

Umar pun tidak pernah menyangka bakal mendapat penghasilan dari kegiatan ini.

"Paling besar dapat 40-50 dollar (AS) (sekitar Rp 615.000-Rp 770.000) sekali live. Kalau hari-hari biasa kisaran 10 dollar (Rp 153.000) bang," kata Umar.

Umar mengatakan hanya menghabiskan sekitar 3 gigabit (GB) dalam 4-6 jam siaran langsung di empat media sosialnya.

"Ada Instagram, Snack Video, TikTok, sama Facebook. Kalau yang udah di-monet (monetisasi) baru TikTok sama Facebook," katanya.

Untuk provider seluler, Umar hanya memakai Kartu Tri yang diisinya sebulan sekali dengan paket hingga 100 GB.

"Lumayan, Bang. Kalau di sini kenceng sinyalnya. Terus murah juga, jadi agak terbantu," kata dia.

Belajar aturan "live" dan lengkapi alat

Di masa awal melakukan siaran langsung, dia mengaku tidak mengetahui aturan yang harus dipenuhi agar siarannya tidak bermasalah.

Namun, setelah beberapa kali videonya di-ban, dia akhirnya belajar aturan yang harus dipenuhinya.

"Kayak di TikTok, Bang, sensitif banget dia. Enggak boleh ada rokok sama merek tertentu, misalnya," kata Umar.

Sekarang Umar sudah mempersiapkan diri untuk fokus menjadi Tiktoker. Dia pun sudah membeli strap seperti motovlog untuk ponsel.

Dia juga berencana membeli lampu sorot yang berkualitas bagus untuk kebutuhan siaran langsung malam hari.

"Pengin nyari lampu yang bagus, buat live pas malam. Kalau malam, yang nonton banyak dari Eropa," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/09/25/111342178/sulit-cari-ikan-karena-ditimbun-reklamasi-umar-pindah-live-tiktok-demi-cuan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke