Salin Artikel

Isu Kematian Massal Satwa Liar di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Babi Sulawesi Ditakutkan Ikut Terdampak

Hal ini terungkap dalam pertemuan koordinasi penanganan dan pencegahan African Swine Fever (ASV), yang dipimpin Staf Ahli Menteri Bidang Pangan yang juga pelaksana tugas Direktur Konservasi Keanekaragaman hayati dan Suber Daya Genetik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Exploitasia di Kota Gorontalo, Selasa sore hingga malam (5/9/2023).

Dalam pertemuan yang mengundang para pihak ini, dipaparkan jumlah bangkai babi hutan yang mati yang dapat diketahui sebanyak 9 ekor.

Namun dalam diskusi ini jumlahnya berkembang informasi kematian babi di Desa Ilohuuwa, Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango.

Selain itu, para ayahanda (kepala Desa) dari Kecamatan Pinogu yang dihadirkan dalam pertemuan ini mengaku selama dalam perjalanan dari desanya yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (enclave) banyak mencium bau bangkai meskipun tidak menjumpai fisiknya.

Informasi ini mengindikasikan adanya bangkai satwa lain yang belum masuk dalam data yang sudah dikantongi Balai TNBNW.

Indra Exploitasia meminta para pihak, terutama Balai TNBNW untuk terus melakukan pendataan lapangan untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin, termasuk jenis satwa yang mati.

Kepada para pihak lintas instansi yang hadir dalam pertemuan ini, Indra Exploitasia mengkhawatirkan wabah kematian satwa ini sampai pada babi Sulawesi atau Sulawesi Warty Pig (Sus celebensis).

Dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), babi Sulawesi ini memiliki kecenderungan populasi yang terus menurun.

Saat ini Sus celebensis memiliki status hampir terancam (Near Threatened, NT), yaitu kategori status konservasi yang ditujukan untuk spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam punah atau mendekati terancam punah.

Sus celebensis ini memiliki habitat hidup di hutan, padang rumput, lahan basah (pedalaman), lingkungan buatan terestrial maupun perairan.

“Takutnya kasus (kematian satwa) ini menular ke Sus celebensis. Apabila kasusnya ini mewabah dan menyebabkan terjadinya kematian ini akan membawa kerugian yang berada di sulawesi karena kehilangan spesies celebensis. Ini sangat kami khawatirkan, mudah-mudahan ini tidak terjadi. Sus celebensis satu-satunya babi yang berada di Sulawesi, tidak ada di Jawa, tidak ada di Kalimantan, tidak ada di Sumatera,” kata Indra Exploitasia.

Sus celebensis ini dapat hidup di berbagai macam habitat, mulai dari hutan hujan dan rawa, padang rumput terbuka dan area pertanian, dan di semua ketinggian hingga hutan lumut kurang dari 2.500 m meskipun jarang ditemukan.

Babi jenis ini hidup dalam kelompok yang beranggota hingga enam ekor. Sus celebensis merupakan satwa omnivora dengan pola makan yang beragam.

Mereka mencari makan pada siang hari, aktivitas ini dipusatkan pada pagi dan sore hari. Makanan utama Binatang ini adalah akar, buah, dan daun. Mereka juga diketahui memakan invertebrata, vertebrata kecil, dan bangkai.

“Yang kami butuhkan adalah langkah yang responsive, cepat akurat untuk mengatasi terjadinya wabah,” ujar Indra Exploitasia.

Sebelumnya diberitakan masyarakat kecamatan Pinogu dan Suwawa Timur dihebohkan dengan temuan sejumlah bangkai babi yang berada di taman nasional Bogani Nani Wartabone.

Kematian satwa liar ini tidak lazim terjadi. Warga juga merasakan ada bau busuk yang berasal dari bangkai meskipun tidak menemukan fisiknya.

https://regional.kompas.com/read/2023/09/06/061249078/isu-kematian-massal-satwa-liar-di-taman-nasional-bogani-nani-wartabone-babi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke