Salin Artikel

Sido Muncul Dorong Para Dokter Manfaatkan Obat Herbal

Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat menjelaskan, Indonesia kaya akan tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai metode pengobatan.

Hanya saja, para dokter banyak yang tidak paham fungsi dan manfaat tanaman herbal tersebut sehingga lebih memilih menggunakan obat kimia.

“Sering sekali saya dengar Indonesia harus jadi tuan rumah di negeri sendiri. Tapi sampai hari ini, jamu belum bisa jadi tuan rumah,” ujar Irwan saat acara seminar Pemanfaatan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (31/8/2023).

Menurut Irwan, permasalahan awal dari minimnya penggunaan obat herbal adalah kurangnya pengetahun dokter atas jenis tanaman.

Padahal, bila dipahami lebih mendalam, tanaman herbal dapat membantu seorang pasien sembuh dari penyakit.

“Dokter tidak paham dengan jamu, tidak paham penggunaan jamu, tidak ada penelitian bahan alam. Kalau satu dokter paham dengan obat herbal, jelas penggunaan herbal akan lebih digunakan” ujarnya.

Untuk mendorong pemahaman obat herbal, Sido Muncul menggelar seminar di setiap fakultas kedokteran untuk mensosialisasikan fungsi jamu dan tanaman herbal.

"Indonesia negara paling banyak tanaman herbal, ini harus dimanfaatkan. Dokter harus belajar obat alam,” ujar Irwan.

Sementara, Wakil Rektor Perencanaan dan Kerjasama Universitas Sriwijaya (Unsri) Profesor Dr M Said mengatakan, penggunaan obat herbal dalam dunia medis merupakan salah satu cara menuju Indonesia sehat. 

Sebab, obat medis yang selama ini digunakan oleh dokter hanya berasal dari kimia. Penggunaan dalam waktu panjang bisa menimbulkan efek buruk terhadap manusia.

“Sebenarnya herbal ini yang paling diminati masyarakat dibandingkan obat kimia lainnya. Agak mengerikan memang kalau berbicara tentang kimia,” kata Said.

Said menjelaskan, Unsri pada tahun 2006 telah menyusun road map penelitian terkait tanaman herbal yang ada di Sumatera Selatan. 

Dari hasil penelitian di 10 kabupaten/kota di Sumsel, terdapat 150 jenis tanaman herbal yang sering digunakan masyarakat.

Namun, tanaman herbal ini tidak dibudidayakan secara massal karena kurangnya pemahaman masyarakat.

"Di Muara Enim, Ogan Ilir, OKI, kami melihat tanaman obat masih ditanam di pekarangan rumah. Ada juga di sela-sela kebun. artinya masyarakat belum fokus menyiapkan lahan sendiri untuk tanaman obat. Pemakaiannya rata-rata adalah dukun kampung,” ujar Said.

Dengan hasil penelitian tersebut, Unsri akan bekerja sama dengan Sido Muncul untuk mendorong budidaya tanaman obat herbal di masyarakat.

“Kampus Indralaya (Unsri) luasnya 740 hektar, ada lima embung. Lahannya masih tersedia bisa, digunakan untuk tanaman obat. Nanti akan dituangkan MOU dari hulu sampai hilirnya agar dapat dibudidayakan lebih lanjut,” ungkapnya.

Adapun Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen, Kesehatan dan Kosmetik BPOM Reni Indriani menjelaskan, di Indonesia terdapat 3.000 spesies tumbuhan obat tradisional.

Obat tradisional selama ini hanya dikenal masyarakat sebagai jamu.

Seiring perkembangan teknologi, jamu dapat dikemas dan disajikan dengan lebih baik serta dapat dinikmati semua kalangan.

“Jamu adalah identitas lokal indonesia yang secara turun temurun punya manfaat. Setiap tahun, teknologi terus berkembang, sehingga penyajian jamu ini tidak lagi sulit,” kata Reni yang hadir secara daring.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/31/164647578/sido-muncul-dorong-para-dokter-manfaatkan-obat-herbal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke