Salin Artikel

BA Korban Penyekapan di Solo Dijemput Polisi, Keluarga Tak Tahu Keberadaannya

SALATIGA, KOMPAS.com - Keberadaan BA, warga Kota Salatiga yang menjadi korban penyekapan, penyiksaan, dan pelecehan seksual oleh JM, warga Solo, saat ini misterius.

Kakek BA, Hadi Iswanto mengatakan BA dijemput anggota Polres Salatiga pada Sabtu (19/8/2023) sekira pukul 11.30 WIB.

"Sejak saat itu, sudah tidak diketahui lagi, teleponnya juga tidak aktif," jelasnya saat ditemui, Senin (28/8/2023).

Saat keberadaan BA ditanyakan, lanjut Hadi, petugas menyatakan cucunya tersebut sedang menenangkan diri.

"Kalau di rumah sekarang ini apa tidak tenang, kita keluarga sudah kehilangan dia delapan bulan, baru pulang sebentar, sudah tidak ada kabarnya lagi," paparnya.

Menurut Hadi, saat awal ditanyakan, petugas menjawab BA berada di Yogya, kemudian di Surabaya dan Jombang.

"Pernah juga dilihatkan fotonya, tapi itu hanya dari belakang, jadi kami ragu itu cucu kami atau bukan, karena kan ada tatonya," jelasnya.

"Keadaan ini membuat kami serba tak enak, neneknya makan saja jadi susah, menangis terus setiap hari. Kami hanya ingin kepastian, dimana dan bagaimana kondisinya sekarang," kata Hadi.

Sementara saudara BA, Edi Wibowo mengatakan sebelum JM, pelaku penyekapan keponakannya tertangkap, keluarganya berulang kali mendapat teror.

"Seringnya itu ngirim mobil ojek online, diminta untuk menjemput kemudian mengirim kue, tapi tidak pernah ditanggapi," jelasnya.

Terpisah, Kasi Humas Polres Salatiga Iptu Henri Widyoriani mengatakan proses hukum terhadap kasus tersebut terus berjalan.

"Penyidik tinggal menunggu P21 dari kejaksaan, kalau sudah nanti langsung melimpahkan tersangka dan BB untuk disidangkan," kata dia.

Mengenai keberadaan BA yang dipertanyakan keluarga, Henri mengatakan saat ini berada di rumah aman.

"Ada di rumah aman untuk memberi perlindungan kepada yang bersangkutan," ujarnya.

"Keluarga akan dihubungi, untuk membuktikan keberadaan korban. Ini juga agar keluarga merasa nyaman," kata Henri.

Selain mengalami kekerasan fisik, korban juga dipaksa untuk mentato tubuhnya dan diduga menjadi budak seks pelaku.

Kuasa hukum korban, Caesar Wauran, kliennya yang berinisial BA warga Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga, berkenalan dengan pelaku JM saat masih kelas XII SMK.

"Kenal melalui media sosial, saat itu setelah ujian dijemput di Solo lalu ditawari untuk mengelola kafe yang ada di ruko," jelasnya saat ditemui, Kamis (24/8/2023).

Setelah pertemuan pertama tersebut, BA pulang ke Salatiga.

"Karena terus dirayu dan ditawari pekerjaan, BA pun menurut dan berangkat ke Solo sekitar dua minggu kemudian," ungkap Caesar.

Setelah sampai Solo, ponsel BA disita JM dan dirusak. Dia juga mulai menghadapi tekanan.

"Tapi masih bisa keluar ruko untuk sekadar ke warung, meski dalam pengawasan penuh. Antara Mei hingga September 2022 ini, BA juga seringkali mendapat kekerasan fisik," paparnya.

BA yang merasa tak kuat, lalu melarikan diri pada September 2022. Tapi karena tak ada kenalan, dia bersembunyi ke beberapa rekan JM yang pernah dikenalkan kepadanya.

Meski begitu, dia selalu terbayang omongan JM yang menyatakan akan menyebar video dan foto mesum BA yang diambil tanpa sepengetahuannya.

"Dia pun balik lagi ke ruko JM dengan harapan video dan fotonya tak disebar. Ternyata setelah balik ini, BA mengalami kekerasan fisik, disiksa, dia juga diminta menonton video porno dan menirukan adegannya, kalau menolak langsung dipukul. Punggung, kepala, dada, dan kakinya juga ditato nama JM dan wajahnya, total ada delapan tato," papar Caesar.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/28/192300078/ba-korban-penyekapan-di-solo-dijemput-polisi-keluarga-tak-tahu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke